Jumat, 23 Februari 2018

AWAL BERDIRINYA KERAJAAN WAJO

 
Apa yang dapat diketahui tentang sejarah Wajo, dari kerajaan Wajo yang sekarang menjadi Kabupaten. Adalah semata-mata berdasarkan cerita-cerita atau hikayat yang ditulis dalam sebuah buku yang dinamai LONTARA. Tentang berdirinya Kerajaan Wajo terdapat berbagai macam cerita . Cerita dahulu sebagian ditulis dalam buku Lontara maupun dituturkan secara lisan. Sebagian dari cerita itu mengatakan bahwa berdirinya kerajaan Wajo terjadi
a.    berdirinya kerajaan Wajo erat kaitannya dengan Kerajaan Luwu
b. Permulaan berdirinya kerajaan Wajo tidak dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dari luar,diperkuat oleh buku Lontara dari Andi Makkaraka Arung Bentempola. Bahwa yang menjadi perintis berdirinya kerajaan Wajo adalah seorang yang bernama La Paukke putra dari Datu Cina yaitu sebuah kerajan yang sudah lama berdiri sebelum Wajo ada dan kerajaan itu kemudian dinamai Pammana yang sekarang merupakan kecamatan dalam daerah kabupaten Wajo. Menurut Datu Makkaraka bahwa pernah ada seorang Arung Matoa Wajo yang bernama La Mappajung Puanna Salewo bersama Arung Bentempola yang bernama La Sangaji Puanna La Sengngeng mengumpulkan buku – buku Lontara dari Wajo,Soppeng,Bone,Luwu dan lainnya untuk menyuruh uji isi dan mutu buku-buku itu. Hasilnya bahwa sebagian besar dari ahli Lontara Wajo mempunyai pendapat yang sama yakni bahwa berdirinya Kerajaan Wajo terjadi dalam lingkungan sendiri.
Banyak versi tentang kelahiran wajo antara lain Versi Puang Rilampulung, Versi Puang Ritimpengan, Versi Cinnotabi, Versi Boli, Versi kerajaan cina, versi masa batara wajo, versi masa arung matowa wajo, dari beberapa versi maka versi boli yang disepakati menjadi tahun hari jadinya wajo yakni tahun 1399 M,dimana saat terjadi  pelantikan Latenri Bali sebagai  batara wajo pertama dibawah pohon bajo di daerah Tosora kecamatan majauleng
Untuk memberikan gambaran kepada pembaca, maka perkenankan saya untuk bercerita.
1.    Seorang anak dari Datu Luwu dihinggapi penyakit kulit yakni Kusta, maka atas permintaan rakyat Luwu, putri diasingkan ke luar beserta pengikutnya dengan Rakit. Dan tibalah di akkotengang di Wajo. Disana berumah di atas Pohon kayu yang dinamai Bajo, kemudian tiba-tiba putri sembuh,karna beberapakali dijilati oleh kerbau belang. Kebetulan ada putra dari raja Bone pergi berburu. Akhirnya menikahi Putri Raja Luwu dan beranak pinak .Dan lahirlah beberapa anak laki dan perempuan. Rakyat dari perkampungan dimana putri tinggal bekerja dengan giat mencari penghidupan masing-masing. Ada yang menyadap Tuak dengan cara Tarok Tenreng (memasang Tangga) ada yang menangkap ikan dengan cara menggunakan Tuba untuk memabukkan ikan, ada pula yang menebang kayu untuk dijadikan tiang rumah. Olehnya itu perkampungan itu dinamai Talo’Tenreng, Tuak dan Bentempola. Putra-putra yang lahir dari perkawinannya,diangkat oleh rakyat untuk menjadi raja pada perkampungan tersebut.
2.    Putri dari raja Luwu itu dinamai We Tadampali yang diperistri oleh la Mallu  To Anging raja yaitu raja di Bentempola. Beliau adalah satu-satunya orang yang mempunyai rumah yang tinggi, olehnya itu digelari Arung Saotanre, We tadampali memperoleh dari ayahnya datu luwu yang bernama La Mallale sebilah kalewang “Lateakasi”, Sebilah Tombak “La Ulah Balu”, dan Badik “ Cobok”, Benda benda tersebut bertatahkan emas dan menjadi pusaka turun temurun dalam lingkungan keluarga Arung Betempola, Menurut Abdu Razak DG patunru Pusaka  Kalewang dan tombak masih ada ditangan Arung Bettempola Makkaraka, Sedangkan badik sudah lama hilang
3.    La Patiroi putra La Rajallangi  memperistri  I Tenriwawo putri Datu Babauae Bone mempunyai  dua anak yakni Latenri Bali dan Latenri Tippe
4.    Latenri Bali dan Latenri Tippe bersamaan jadi raja Cinnotabi, karenanya sebagai awal runtuhnya kerajaan cinnotabi akibat selisih paham yang tanpa penyelesean , dimana Latenri Tippe menyia nyiakan amanah dari rakyat Cinnotabi, maka rakyatnya mengadu ke sepupu se Latenri tippe yakni, La tenri Tau, Latenri Pekka dan Lamatareng namun Latenri Tippe tidak menanggapinya, Maka ketiga sepupunya dengan rakyat  meninggalkan cinnotabi menuju Boli dan Saring Jameng dan membuka perkampungan masing masing  disebut Majauleng, Sabbangparu dan Takkalalla disebut Lipu Tellu Kajuru’na
Sedangkan La Tenri Bali dan La Tenritippe  menuju  Saebawi dan membuka negeri yang bernama Penrang , sehingga Latenri bali diangkat menjadi Arung Penrang
Setelah beberapa tahun untuk menghindari percekcokan seperti sepupunya dicinnotabi,  maka ketiga sepupunya memanggil  La Tenribali untuk memimpin negeri Boli sebagai Arung Mataesso di Boli dan dilakukan  pelantikan oleh 3 sepupunya yang mengangkat dirinya sebagai Paddanreng  dan Arung Mataesso diberi gelar Batara Wajo, karena dilantik dibawah pohon bajo yang besar, Sehingga BOLI juga diganti menjadi Wajo,
Sementara dipenrang Latenri Tippe diangkat menjadi Arung Penrang menggantikan saudaranya Latenribali

Sumber: Sejarah Wajo Abdu razak Dg Patunru tahun 1963

Tidak ada komentar:

Posting Komentar