Apa
yang dapat diketahui tentang sejarah Wajo, dari kerajaan Wajo yang sekarang
menjadi Kabupaten. Adalah semata-mata berdasarkan cerita-cerita atau hikayat
yang ditulis dalam sebuah buku yang dinamai LONTARA. Tentang berdirinya Kerajaan
Wajo terdapat berbagai macam cerita . Cerita dahulu sebagian ditulis dalam buku
Lontara maupun dituturkan secara lisan. Sebagian dari cerita itu mengatakan
bahwa berdirinya kerajaan Wajo terjadi
a. berdirinya
kerajaan Wajo erat kaitannya dengan Kerajaan Luwu
b. Permulaan
berdirinya kerajaan Wajo tidak dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dari
luar,diperkuat oleh buku Lontara dari Andi Makkaraka Arung Bentempola. Bahwa
yang menjadi perintis berdirinya kerajaan Wajo adalah seorang yang bernama La Paukke putra dari Datu Cina yaitu
sebuah kerajan yang sudah lama berdiri sebelum Wajo ada dan kerajaan itu
kemudian dinamai Pammana yang sekarang merupakan kecamatan dalam daerah
kabupaten Wajo. Menurut Datu Makkaraka
bahwa pernah ada seorang Arung Matoa Wajo yang bernama La Mappajung Puanna Salewo bersama Arung Bentempola yang bernama La Sangaji Puanna La Sengngeng
mengumpulkan buku – buku Lontara dari Wajo,Soppeng,Bone,Luwu dan lainnya untuk
menyuruh uji isi dan mutu buku-buku itu. Hasilnya bahwa sebagian besar dari
ahli Lontara Wajo mempunyai pendapat yang sama yakni bahwa berdirinya Kerajaan
Wajo terjadi dalam lingkungan sendiri.
Banyak versi tentang kelahiran wajo antara lain Versi Puang
Rilampulung, Versi Puang Ritimpengan, Versi Cinnotabi, Versi Boli, Versi
kerajaan cina, versi masa batara wajo, versi masa arung matowa wajo, dari beberapa
versi maka versi boli yang disepakati menjadi tahun hari jadinya wajo yakni
tahun 1399 M,dimana saat terjadi pelantikan Latenri Bali sebagai batara wajo pertama dibawah pohon bajo di daerah
Tosora kecamatan majauleng
Untuk
memberikan gambaran kepada pembaca, maka perkenankan saya untuk bercerita.
1. Seorang
anak dari Datu Luwu dihinggapi penyakit kulit yakni Kusta, maka atas permintaan
rakyat Luwu, putri diasingkan ke luar beserta pengikutnya dengan Rakit. Dan
tibalah di akkotengang di Wajo. Disana berumah di atas Pohon kayu yang dinamai
Bajo, kemudian tiba-tiba putri sembuh,karna beberapakali dijilati oleh kerbau
belang. Kebetulan ada putra dari raja Bone pergi berburu. Akhirnya menikahi
Putri Raja Luwu dan beranak pinak .Dan lahirlah beberapa anak laki dan perempuan.
Rakyat dari perkampungan dimana putri tinggal bekerja dengan giat mencari penghidupan masing-masing. Ada
yang menyadap Tuak dengan cara Tarok Tenreng (memasang Tangga) ada yang
menangkap ikan dengan cara menggunakan Tuba untuk memabukkan ikan, ada pula
yang menebang kayu untuk dijadikan tiang rumah. Olehnya itu perkampungan itu
dinamai Talo’Tenreng, Tuak dan Bentempola. Putra-putra yang lahir dari
perkawinannya,diangkat oleh rakyat untuk menjadi raja pada perkampungan
tersebut.
2. Putri
dari raja Luwu itu dinamai We Tadampali yang diperistri oleh la Mallu To Anging raja yaitu raja di Bentempola.
Beliau adalah satu-satunya orang yang mempunyai rumah yang tinggi, olehnya itu
digelari Arung Saotanre, We tadampali memperoleh
dari ayahnya datu luwu yang bernama La Mallale sebilah kalewang “Lateakasi”,
Sebilah Tombak “La Ulah Balu”, dan Badik “ Cobok”, Benda benda tersebut
bertatahkan emas dan menjadi pusaka turun temurun dalam lingkungan keluarga
Arung Betempola, Menurut Abdu Razak DG patunru Pusaka Kalewang dan tombak masih ada ditangan Arung
Bettempola Makkaraka, Sedangkan badik sudah lama hilang
3. La Patiroi
putra La Rajallangi memperistri I Tenriwawo putri Datu Babauae Bone
mempunyai dua anak yakni Latenri Bali
dan Latenri Tippe
4. Latenri Bali
dan Latenri Tippe bersamaan jadi
raja Cinnotabi, karenanya sebagai awal runtuhnya kerajaan cinnotabi akibat
selisih paham yang tanpa penyelesean , dimana Latenri Tippe menyia nyiakan
amanah dari rakyat Cinnotabi, maka rakyatnya mengadu ke sepupu se Latenri tippe
yakni, La tenri Tau, Latenri Pekka dan
Lamatareng namun Latenri Tippe tidak menanggapinya, Maka ketiga sepupunya
dengan rakyat meninggalkan cinnotabi
menuju Boli dan Saring Jameng dan membuka perkampungan masing masing disebut Majauleng, Sabbangparu dan Takkalalla
disebut Lipu Tellu Kajuru’na
Sedangkan La Tenri Bali
dan La Tenritippe menuju Saebawi dan membuka negeri yang bernama
Penrang , sehingga Latenri bali
diangkat menjadi Arung Penrang
Setelah beberapa tahun
untuk menghindari percekcokan seperti sepupunya dicinnotabi, maka ketiga sepupunya memanggil La Tenribali untuk memimpin negeri Boli
sebagai Arung Mataesso di Boli dan
dilakukan pelantikan oleh 3 sepupunya
yang mengangkat dirinya sebagai Paddanreng
dan Arung Mataesso diberi gelar Batara Wajo, karena dilantik dibawah
pohon bajo yang besar, Sehingga BOLI juga diganti menjadi Wajo,
Sementara dipenrang Latenri
Tippe diangkat menjadi Arung Penrang menggantikan saudaranya Latenribali
Sumber: Sejarah Wajo Abdu razak Dg Patunru tahun 1963
Sumber: Sejarah Wajo Abdu razak Dg Patunru tahun 1963
Tidak ada komentar:
Posting Komentar