Jumat, 23 Februari 2018

STRUKTUR PEMERINTAHAN KERAJAAN WAJO


Dari cerita yang ada di berbagai lontara dapat disimpulkan bahwa sumber tertua dari keturunan  raja raja wajo  adalah kerajaan cinnotabi, kerajaan ini runtuh atas perselisihan paham  La tenribali dengan La tenritippe, maka berdirilah tiga buah perkampungan “ LIPUTELLUKAJURU” ada juga menamai TELLUTURUNGENG LAKKA’E” yakni Majauleng, Sabbangparu dan Takkalalla yang kemudian lahirlah kerajaan besar yang bernama Wajo, kemudian ketiga kampung itu berubah namanya, Majauleng Menjadi Bettempola, Sabbangparu menjadi Talotenreng, dan Takkalalla menjadi Tua.
            Raja Besar yang dipilih dan diangkat untuk kerajaan Wajo diberi gelar BATARA wajo, Beliau didampingi tiga Orang Raja masing masing digelar PA’DANRENG,kemudian disebut RANRENG yairu Ranreng Bettempola, Ranreng Talotenreng, Ranreng Tua.
            Ketika Urusan Pemerintahan mulai bertambah banyak pada masa Laobbi Settiriware Cucu Langsung Arung Saotanre La Mallu Toanginraja dan We Tadampalie menjadi Arung Matowa ke dua,  Maka  Arung Matowa mengangkat Tiga Orang Pejabat Yang disebut ‘ PA’BATE LOMPO’ atau ringkasnya “BATE LOMPO” Seorang untuk Bettempola, Seorang Untuk Talotenreng, Seorang Untuk Tua masing masing digelar PILLA ( merah), PATOLA ( Warna Warni), CAKKURIDI ( Kuning), sesuai warna bendera yang mereka pegang, Tugas Awalnya hanya Untuk urusan perang, namun lambat laun sudah ikut mencampuri urusan urusan pemerintah  Ketiga Paddanreng dan ketiga Batelompo merupakn sebuah Badan yang disebut ARUNG ENNENGNGE
            Jika Arung Matowa wajo hadir dalan Badan itu maka di sebut PETTA WAJO,dibawah badan itu terdapat sebuah lembaga yang disebut ARUNG MABBICARA  yang terdiri atas 30 anggota, masing masing Paddanreng didampingi  10 anggota Arung Mabbicara, yang mempunyai tugas mengadili perkara dan memberi nasehat, dari 30 itu ada 12 anggota dimana masing paddanreng mempunyai 4 anggota Inti tugas utamanya yakni “Ma’dette Bicara ( memutuskan perkara) semntara yang 6 anggota tugasnya hanya membatu   dalam  Mattetta, Mappano ‘pate bicara artinya menerima, menurunkan dan menaikkan bicara  dan memeriksa perkara dan mengajukan dimuka pengadilan untuk diputuskan oleh Arung Mabbicara  kalau disamakan sekarang adalah penuntut Umum/Jaksa
            Selain Lembaga Arung Mabbicara, ada pula tiga orang pejabat yang di sebut SURO RIBATENG’ untuk masing masing Pa’danreng yang tugasnya sebagai  semata mata sebagai duta dari para Pa’danreng, perintah Para Batelompo, Perintah Arung Matowa,
            Bersama Batara Wajo/ Arung Matowa Wajo , Arung Ennengnge, 30 Arung Mabbicara dan 3 suroribateng merupakan badan pemerintahan yang disebut Arung PATAPPULOE ( Raja 40),  atau Puang RI WAJO, mereka inilah yang Paoppang Palengengngi Wajo  artinya Jatuh bangunnya negeri wajo ada ditangan lembaga ini
Langsung Dibawah paddanreng  ada pula pejabat yang disebut PUNGGAWA, yang pada mulanya digelar Matowa, sering juga disebut INANA TOMAEGAE ( Ibunya orang banyak) yang mengepalai pokok perkampungan yakni  Majauleng, Sabbangparu, Takkalalla, Gelaran Matowa mengalami perubahan menjadi PUNGGAWA sejak La Palewo Topalipung diangkat menjadi Arung Matowa pertama ,di Wajo, bertugas menjalankan pemerintahan langsung atas rakyatnya masing masing dan menjadi penghubung antara PETTA WAJO dengan Para Arung LILI, Jika ada permasahan yang tidak bisa diatasi oleh Arung Lili, PUNGGAWA, maka dilanjutkan ke Arung Mabbicara Wajo, jika belum berhasil dilanjutkan ke Paddanreng, Jika belum berhasil maka dikemukan ke Arung Matowa yang akhirnya dirundingkan bersama Arung PetaPulo, dan jika ada ha yang genting maka arung petappuloe  bersama PUNGGAWA, Arung Lili  membicarakannya dan menagmbil keputusan. Para PUNGGAWA dan Arung LILI menerima hasil pemufakatan dar Wajo,
Arung Lili  memiliki aturan masing masing  dan mempunyai pemerintahan sendiri yang amat luas , hampir semua Arung Lili di wajo disebut ARUNG, hanya Cina yang kemudian dikenal dengan Pammana dikepalai oleh seorang Raja  yang bergelar DATU,  tiap kerajaan lili dipimpin seoarang Raja  yang didampingi oleh  Majelis yang bernama “HADAT” terdiri beberapa pejabat dan antaranya disebut PABBICARA, langsung dibawah HADAT ada kepala kepala persekutuan  hukum(  Desa Desa Tersebut)
Batara Wajo merupaka Gelar turun temurun, namun Arung Matowa sifatnya tidak turun temurun yang bisa dikenal Maradeka To wajoe, Adenna Napo puang.
Jabatan Arung Enengnge Mutlak turun temurun semenjak dahulu kala sampai waktu terhapusnya kerajaan wajo  baik defacto maupun deyure dalam tahun 1957, begitu juga Arung mabicaraae, Suro Ribateng, Puggawa, Arung Lili dan kepala desa pun bersiafa turun temurun,
Dari Arung Ennengnge adalah Ranreng Bettempola yang terkemuka dalam kedudukan, kemudian Ranreng Talotenreng, dan Ketiga Ranreng Tuwo kemudian Pilla, Patola dan Cakkuridi, Bettempola lazim juga di sebut Arung Bettempola fungsinya ada dua macam yakni  jika disebut Arung Bettempola  atau Arung Betteng  maka kedudukannya sebagai INANA- LIMPOE ( Kepala dari Tiga Negeri),  dan jika disebut Ranreng Bettempola maka kedudukannya  sederajat dengan kedua Ranreng.
Sebagai ARUNG BETTEMPOLA menurut Adat Wajo tidak boleh diangkat menjadi Arung Matowa, maka hanya dalam kedudukan sebagai ranreng Bettempola ia boleh diangkat sebagai arung matowa, dan  jika jabatan Arung matowa terlowong maka menurut adat wajo harus dijabat semantara oleh Arung Bettempola sampai ada arung Matowa yang definif, Arung Bettempola bisa disamakan dengan PERDANA MENTERI

Sumber: SEDJARAH WADJO oleh Abd Razzak Dg Patunru Nopember 1963
By lamakkaraka ( Wasobo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar