Dari
cerita yang ada di berbagai lontara dapat disimpulkan bahwa sumber tertua dari
keturunan raja raja wajo adalah kerajaan cinnotabi, kerajaan ini runtuh
atas perselisihan paham La tenribali
dengan La tenritippe, maka berdirilah tiga buah perkampungan “ LIPUTELLUKAJURU” ada juga menamai TELLUTURUNGENG LAKKA’E” yakni
Majauleng, Sabbangparu dan Takkalalla yang kemudian lahirlah kerajaan besar yang
bernama Wajo, kemudian ketiga kampung itu berubah namanya, Majauleng Menjadi
Bettempola, Sabbangparu menjadi Talotenreng, dan Takkalalla menjadi Tua.
Raja Besar yang dipilih dan diangkat
untuk kerajaan Wajo diberi gelar BATARA wajo, Beliau didampingi tiga Orang Raja
masing masing digelar PA’DANRENG,kemudian disebut RANRENG yairu Ranreng
Bettempola, Ranreng Talotenreng, Ranreng Tua.
Ketika Urusan Pemerintahan mulai
bertambah banyak pada masa Laobbi Settiriware Cucu Langsung Arung Saotanre La
Mallu Toanginraja dan We Tadampalie menjadi Arung Matowa ke dua, Maka
Arung Matowa mengangkat Tiga Orang Pejabat Yang disebut ‘ PA’BATE LOMPO’
atau ringkasnya “BATE LOMPO” Seorang untuk Bettempola, Seorang Untuk
Talotenreng, Seorang Untuk Tua masing masing digelar PILLA ( merah), PATOLA (
Warna Warni), CAKKURIDI ( Kuning), sesuai warna bendera yang mereka pegang,
Tugas Awalnya hanya Untuk urusan perang, namun lambat laun sudah ikut
mencampuri urusan urusan pemerintah Ketiga Paddanreng dan ketiga Batelompo
merupakn sebuah Badan yang disebut ARUNG ENNENGNGE
Jika
Arung Matowa wajo hadir dalan Badan itu
maka di sebut PETTA WAJO,dibawah badan itu terdapat sebuah lembaga yang
disebut ARUNG MABBICARA yang terdiri atas 30 anggota, masing masing
Paddanreng didampingi 10 anggota Arung
Mabbicara, yang mempunyai tugas mengadili perkara dan memberi nasehat, dari 30
itu ada 12 anggota dimana masing paddanreng mempunyai 4 anggota Inti tugas
utamanya yakni “Ma’dette Bicara (
memutuskan perkara) semntara yang 6 anggota tugasnya hanya membatu dalam Mattetta, Mappano ‘pate bicara artinya
menerima, menurunkan dan menaikkan bicara
dan memeriksa perkara dan mengajukan dimuka pengadilan untuk diputuskan
oleh Arung Mabbicara kalau disamakan
sekarang adalah penuntut Umum/Jaksa
Selain Lembaga Arung Mabbicara, ada
pula tiga orang pejabat yang di sebut SURO
RIBATENG’ untuk masing masing Pa’danreng yang tugasnya sebagai semata mata sebagai duta dari para
Pa’danreng, perintah Para Batelompo, Perintah Arung Matowa,
Bersama Batara Wajo/ Arung Matowa
Wajo , Arung Ennengnge, 30 Arung Mabbicara dan 3 suroribateng merupakan badan
pemerintahan yang disebut Arung
PATAPPULOE ( Raja 40), atau Puang RI
WAJO, mereka inilah yang Paoppang Palengengngi Wajo artinya Jatuh bangunnya negeri wajo ada
ditangan lembaga ini
Langsung
Dibawah paddanreng ada pula pejabat yang
disebut PUNGGAWA, yang pada mulanya digelar Matowa, sering juga disebut INANA
TOMAEGAE ( Ibunya orang banyak) yang mengepalai pokok perkampungan yakni Majauleng, Sabbangparu, Takkalalla, Gelaran
Matowa mengalami perubahan menjadi PUNGGAWA sejak La Palewo Topalipung diangkat
menjadi Arung Matowa pertama ,di Wajo, bertugas menjalankan pemerintahan
langsung atas rakyatnya masing masing dan menjadi penghubung antara PETTA WAJO
dengan Para Arung LILI, Jika ada permasahan yang tidak bisa diatasi oleh Arung
Lili, PUNGGAWA, maka dilanjutkan ke Arung Mabbicara Wajo, jika belum berhasil
dilanjutkan ke Paddanreng, Jika belum berhasil maka dikemukan ke Arung Matowa
yang akhirnya dirundingkan bersama Arung PetaPulo, dan jika ada ha yang genting
maka arung petappuloe bersama PUNGGAWA,
Arung Lili membicarakannya dan menagmbil
keputusan. Para PUNGGAWA dan Arung LILI menerima hasil pemufakatan dar Wajo,
Arung
Lili memiliki aturan masing masing dan mempunyai pemerintahan sendiri yang amat
luas , hampir semua Arung Lili di wajo disebut ARUNG, hanya Cina yang kemudian
dikenal dengan Pammana dikepalai oleh seorang Raja yang bergelar DATU, tiap kerajaan lili dipimpin seoarang
Raja yang didampingi oleh Majelis yang bernama “HADAT” terdiri beberapa
pejabat dan antaranya disebut PABBICARA, langsung dibawah HADAT ada kepala
kepala persekutuan hukum( Desa Desa Tersebut)
Batara
Wajo merupaka Gelar turun temurun, namun Arung Matowa sifatnya tidak turun
temurun yang bisa dikenal Maradeka To wajoe, Adenna Napo puang.
Jabatan
Arung Enengnge Mutlak turun temurun semenjak dahulu kala sampai waktu
terhapusnya kerajaan wajo baik defacto
maupun deyure dalam tahun 1957, begitu juga Arung mabicaraae, Suro Ribateng,
Puggawa, Arung Lili dan kepala desa pun bersiafa turun temurun,
Dari
Arung Ennengnge adalah Ranreng Bettempola yang terkemuka dalam kedudukan,
kemudian Ranreng Talotenreng, dan Ketiga Ranreng Tuwo kemudian Pilla, Patola
dan Cakkuridi, Bettempola lazim juga di sebut Arung Bettempola fungsinya ada
dua macam yakni jika disebut Arung
Bettempola atau Arung Betteng maka kedudukannya sebagai INANA- LIMPOE (
Kepala dari Tiga Negeri), dan jika
disebut Ranreng Bettempola maka kedudukannya
sederajat dengan kedua Ranreng.
Sebagai
ARUNG BETTEMPOLA menurut Adat Wajo
tidak boleh diangkat menjadi Arung Matowa, maka hanya dalam kedudukan sebagai
ranreng Bettempola ia boleh diangkat sebagai arung matowa, dan jika jabatan Arung matowa terlowong maka
menurut adat wajo harus dijabat semantara oleh Arung Bettempola sampai ada
arung Matowa yang definif, Arung Bettempola bisa disamakan dengan PERDANA MENTERI
Sumber: SEDJARAH WADJO oleh Abd Razzak Dg Patunru Nopember 1963
Sumber: SEDJARAH WADJO oleh Abd Razzak Dg Patunru Nopember 1963
By lamakkaraka ( Wasobo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar