- Latadampare Puang Rimaggalatung merupakan keturunan langsung dari Lapaukke Raja Cinnotabi,
- Setelah La TenriUmpu arung matowa Wajo yang mengedalikan wajo selama lima tahun dari tahun 1488 sampai1493, maka rakyat wajo yang ke empat kalinya meminta kesediaan Latadampare Puang Rimaggalatung Untuk Menjadi Arung Matowa Wajo, adapun upaya rakyat wajo meminta Lataddampare Puang Rimaggalatung menjadi arung matowa sebagai berikut:
- Permintaan Pertama Menjadi Arung Mataesso , Setelah Arung Saotanre ( Raja yang Tinggi rumahnya) yang bernama La Tiringen ToTaba yang pada masa itu memiliki kedudukan yang istimewa disamping batara wajo dan atas keinginan rakyat wajo memecat Lapateddungi To samallangi selaku batara wajo ketiga, maka pada saat itu Arung Saotanre mengutarakan "bahwa jika kalian rakyat wajo ingin mencari arung mataesso yang baru maka pilihlah orang luar saja, saya akan mengangkatnya dan membuatkan perjanjian untuk kebaikan kita bersama" Kebetulan pada masa itu ada seorang toko besar Yang bernama Lataddampare Puang Rimaggalatung masuk ketanah wajo, Beliau meninggalkan bone karena melakukan perbuatan yang tidak disukai oleh raja bone pada saat itu,setelah tiba di wajo maka pamannya Arung Saotanre Totaba memerintahkan ke Latadampare Puang Rimaggalatung untuk mengusir Lapateddungi Tosamallangi keluar dari wajo atau membunuhnya, dan setelah rakyat wajo memberi bukti bukti yang cukup atas kesalahan Lapateddungi Tosamallangi, maka Latadampare bersama pasukannya membawa Lapateddungi ke salah satu tempat sebelah timur ibukota wajo, disanalah rakyat wajo menusuk Lapateddungi dengan tombak sehingga Lapateddungi Mati dilokasi tersebut, dan lokasi itu dinama LAPABBESSI, permintaan rakyat wajo ini di tolak oleh Lataddampare karena merasa malu sebab beliaulah yang pernah memenuhi permintaan rakayat wajo atas pengusiran Lapateddungi To Samallangi.beliau enggak mau dituduh inginkan jabatan batara wajo, bahkan pada saat itu Latadampare lebih suka memilih kembali ke Palakka jika rakyat wajo memaksakan kehendak.
- permintaan kedua Setelah To Palipung Wafatx, menjabat Arung Matowa Wajo Pertama selama tujuh tahun dari tahun 1480 sampai 1488. Latadampare Pun menolak,
- Permintaan Ketiga Setelah La Obbi Settiware Wafat menjabat Arung Matowa Wajo selama lima tahun dari tahun 1488 sampai 1493
- dan akhirnya permintaan ke empat Latadampare dilantik Menjadi Arung Matowa Wajo pada tahun 1498 dengan jumlah rakyat wajo pada saat itu tidak cukup 1000 orang ,walaupun dalam literatul lain mengatakan sekitar 2500 dimana daerah wajo saat itu adalah wanua Tosora dan Paria yang bergabung sukarela pada awalnya namun karena ada pembangkangan akhirnya saat itu dijadikan abdi oleh wajo,termasuk yang sudah ditaklukkan pada saat itu Macanang, Atata dan Sekkanasu, namun waktu yang relatif singkat beliau mempu melipat gandakan sampai ratusan ribu rakyatnya, menjadikan wajo menjadi kerajaan besar, adil dan makmur, Beliau seorang Raja yang cerdas mempunyai cita cita yang tinggi, bijaksana, dan mempunyai banyak petuah petuah dan perbuatan beliau yang ditulis dalam beberapa buku lontara yang menjadi tauladan bagi arung matowa penggantinya dan rakyat wajo secara keseluruhan .
- Setelah dua tahun memimpin wajo, pada tahun 1493 Arung Timurung Yang bergelar Pawanna Mana Ma'jali' MpulawengngE meminta bergabung dengan wajo sebagai ana, Sakkoli sebagai abdi dimasukkan dalam wilayah limpo Bettempola, Gilireng sebagai anak makessing, setahun kemudian Kera dan akkotengen bermohon bergabung dengan status ana, namun tidak masuk dalam limpo, setelah itu terjadi sengketa antara paria melawan macanang dan atata, dimana saat itu macanang dan atata meminta bantuan pada luwu dan ana'banua, berkat keberanian Latadampare maka ketiga daerah itu yakni Paria turun menjadi abdi, semntara Macanang dan Atata sudah 2 kali menjadi abdi, sehingga tidak mungkin memperoleh kedudukan yang tinggi. kemudian disusul bergabung Pallipu, Data, Totinco dengan kedudukan Seajing Senraja (Sanak yang sama besar),mereka menyebut 3 itu sebagai wajo barat sedangkang negeri Latadampare Wajo Timur, karena Latadampare berselisih dengan Luwu, dimana luwu meminta wajo ikut berkabung atas meninggalnya Datu Luwu Labusatana dan rakyat wajo menolak, maka diseranglah Tempe, Wage, Siengkang, Tampangeng, wilayah luwu saat itu ( Tana sitonraE) sesudah dikalahkan ke empat daerah itu kedudukannya abdi, masuk dalam wilayah betempola kecuali Wage dalam limpo Talo Tenreng, sebulan setelah itu maka datu Pammana bersama datu Patila meminta bantuan ke Wajo untuk menyerang Limpuwa, dengan kesepakatan jika limpuwa kalah , maka limpuwa menjadi daerah takluan, hanya sehari limpuwa takluk sebagai abdi,setahunkemudian Timurung bergabung dengan kedudukan sebagai ana', Dua Bulan kemudian wajo dan jasa arung penrang menaklukan Bola yang selalu membuat keonaran maka bergabung di bawah limpo talo tenreng ( kurang lebih 20 Tahun Latadampare menjadi Arung matoa wajo)
- Setelah 20 tahun lamanya memimpin wajo dengan berbagai macam persoalan, dan sudah merasa kecewa, maka beliau mengumpulkan orang Wajo dan berkata " Wahai orang Wajo, Kasihanilah saya, supaya kamu mengambil kerajaan mu, karena saya tidak dapat lagi berbakti pada negeri ini, dan Tidak Juga aku bisa mewriskan ke anak cucuku" atasnya itu masyarakat wajo kebingunan dan ketiga paddanreng tidak bersatu atas usulan tersebut,karena jabatan arung matowa tidak bisa turun temurun, dan setelah 3 bulan lamanya maka terjawablah permintaan tersebut dari seorang anak yang bernama Lapaturusi putra Arung bettempola LaTiringen Totaba memberi solusi dihadapan para paddanreng di balairung dan mereka menghadap ke arung matowa dan mengatakan" Kami rakyatmu datang kemari dan setuju atas permintaanmu, Namun kami tidak menghendaki yang mewarisi kerajan wajo adalah orang yang tidak baik walupun putra biologismu, karena sebenarnya orang itu tidak menghendaki kebaikan bagi kerajaan wajo maka orang itu bukan anak dan cucumu,, yang mewarisi kerajaan mu adalah yang mewarisi perbuatan dan pemikiranmu, memperbaiki negeri dan memelihara baik baik usahamu, orang yang tidak mewarisi perbautanmu maka tidak boleh mewrisi kerajaanmu" Maka latadampare membalas perkataan rakyat wajo " Bukanlah generasiku yang tidak mengikutiku, maka siapa saja yang mengikuti perbuatanku maka itulah generasiku:"
- sebulan setelah perjanjian tersebut Jampu ditaklukkan dengan kedudukan ana bukan abdi dibawah limpo tuwa, karena orang jampu menerima permintaan wajo untuk turun kedaratan yang sekarang disebut Canru, kemudian berturut turut Sompe, Ugi, Liu dengan kedudukan ana' keempat negeri itu dipersatukan dengan nama gabungan patampanuae, dan ke empat negeri itu memotong kerbau untuk merayakannya,
- kemudian semua lontara mengisahkan persengketaan antara datu luwu To sengereng Dewa raja dengan Addatuang sidenreng ( yang tidak disebut namanya),yang disebabkan pengembalian seekor kura kura pemberian datu luwu, menyebakan sidenreng diserang, namun penyerangan oleh luwu tak berhasil mengalahkan sidenreng, walaupun sudah dua kali dilakukan penyerangan , maka Datu Luwu meminta bantuan ke wajo dengan mengirim tiga orang abdi, tiga helai kain tanpa jahitan,dan tiga pasang gelang tangan emas berbentuk naga, sebagai bentuk tawaran ke Wajo untuk bersaudara, namun Lataddampare dengan kerendahan hatinya menolak ajakan itu, karena tidak mungkin luwu yang besar dan agung bersaudara dengan wajo yang kecil, kemudian di hadiahkanlah wajo Larompong dan Mallusesaloe sebagai penambah wilayah wajo, dengan perjanjian Singkeru Patolae ri Topaceddo yang isiinya bahwa luwu dan wajo akan saling membantu, dan tak akan saling menyerang, dan teknisnya akan bersama menyerang sidenreng, dengan perjanjian wilayah wajo akan diperluas jika berhasil mengalahkan sidenreng, Latadampare berhasil menetak pimpinan sidenreng dengan kalewang, saat itulah Utting, belawa, bulucenrana dan rappang menjadi daerah takluan wajo , adapun sidenreng diluar 4 daerah diatas menjadi anak oleh luwu
- Lataddampare digelari sebagai Puang Ri Mallalatung ( Tuan Pembakar negeri) saat menyerang sidenreng, karena beliau gemar membakar daerah yang diserangnya, dalam perjalanan sejarah gelar ini berubah menjadi Pung Rimaggalatung
- setahun setelah Sidenreng ditaklukkan, maka luwu menyerang lagi bone tanpa memberi tahu Wajo, dan saat itu luwu bahkan datu luwu dirampas payung kebesarannya dan hampir tewas dan pulang membawa kekalahan, maka luwu meminta bantuan ke wajo, dan wajo menyerang sehingga arungpone menyerahkan kembali payung, namun datu luwu menolak,dan menyatakan simpanlah untuk dipusakai turun temurun, maka saat itu Latenrisukki digelari Mappajungnge, dan saat itu luwu dan bone berserikat persahabatan, atas jasa latadampare menyerang bone, maka datu luwu menawarkan lompo dan Patangkai menjadi wilayah taklukan wajo, namun latadampare hanya minta Malluse saloe yang terletak ditepi sungai walannae,
- Tiga malam setelah pembakaran daerah lompo dan patangkai oleh luwu, maka orang mario menyingkir ke wajo dan dihadiahi daerah oleh bola, disanalah orang orang mario mebentuk kerajaan kecil yang diberi nama PENEKI, sebagai raja pertama di peneki adalah putra latadampare yakni La Maddaremmeng bergelar Mapottosewalie bergelar kematiannya petta Ri Lapalemping
- sebulan setelah lompo dibakar , maka datu soppeng VII La pawiseang, memohon ke wajo, untuk menggabungkan negerinya ke wajo,karena khawatir serangan luwu, dan kedudukan soppeng adalah anak, dan tidak dimasukkan dalam limpo, langsung dalam pemerintah pusat,
- setelah 3 tahun 8 bulan Timurung dan Amali bergabung dengan wajo, maka wajo minta untuk menyerang Wewolonrong yang berada sebelah barat dan selatan negeri pammana ( yang menjadi nama kecamatan sekarang, dan merupakan tempat penulis dibesarkan) namun saat itu datu pammana kedua Latenripatang marah karena memilik hub erat dengan wewolonrong, beliau menyatakan tidak takluk lagi kewajo, sehingga pammana diserang dan kembali ditaklukkan dengan status dua kali sudah jadi abdi, maka latadampare menetapkan bahwa "kalau dahulu wajo wajib mencontoh kedatuan pammana sebagai kedatuan yang tertua yang dihormati maka saat ini pammana harus ikut adat kemerdekaan wajo dan dimasukkan dalam limpo Tua,
- Setahun setelah pammana ditaklukkan, maka Enrekang, Mansenrepulu, Batulappa bergabung dengan wajo dengan kedudukan sebagai adik
- sebelumya Wajo mendapat hadiah dari datu luwu sebagian orang orang pattilang , Wajo telah membantu luwu menyerang pattilang, dan orang orang tersebut dibawa ke ceppaga dan menunjuk pabbicra penrang sebagai raja disana, Pattilang diserang oleh luwu karena Ma'dika Pattilang dituduh membunuh Puang sangalla yang bernama Duma atau Rajamawellang. Latadampare mengawini putri cantik duma' yang bernama we Marellang setelah pindah ke wajo diubah namanya menjadi we Tessiwoja
- Daerah takluan wajo saat Latadampare
- Dengan ditaklukkan wajo barat , maka kerajaan wajo berada di puncak kejayaannya dengan wilayah sebagai berikut: disebelah utara, Larompong, Enrekang, Batulappa, Masserempulu, di sebelah barat: Wajo barat,Belawa, Utting, Rappeng, dan Bulucenrana, Suppa ( Pare pare) kemudian menjadi anak dari wajo, di sebelah selatan : Lamuru( bone), Baringen( soppeng), duakaserae,bate( soppeng), soppeng. di sebelah timur :Peneki, Timurung, Amali, Mallusesaloe, Lanca dan Mampu
- Beliau pemimpin dengan banyak kemanangan gemilang dan menaklukkan dan memasukakkan daerah daerah tersebut dalam daerah kekuasaan wajo antara lain Larompong, Lamuru, Timurung, Batulappa, kassa, Maiwa, enrekang , Mario riawa, dan lain lain,
- Puang ri Maggalatung Putra Dari La Tompiwanu keturunan langsung dari batara Wajo Latenri bali dengan istrinya We Tenrilawi putri dari Arung palakka, Beliau meninggalkan bone dan pergi tinggal di wajo dikarenakan perbautan perbuatan baik yang dilakukan di bone,
- Setelah 30 tahun lamanya mengendalikan wajo , dan sudah kondisi sakit sakitan dan merasa hidupnya tidak lama lagi, maka kembali megumpulkan masyarakat wajo dan berwasiat " Penggatiku Hanya orang yang mempunyai sifat ini yakni kejujuran, Kepintaran, Kemurahan hati dan keberanian, ,Ranreng Bettempola La To Maddualeng bertanya kepada puangrimaggalatung siapakah gerangan yang beliau usulkan untuk penggantinya, maka beliau berkata adalah putranya La Tenri Pakado Tonampe, dan setelah meninggalnya berselang 3 tahun rakyat wajo mengangkat Latenri Pakado menjadi Arung matowa namun selama 3 tahun maka yang mengendalikan adalah To Maddualeng dengan cara sesuai nasehat Latadampare ke Tomaddualeng dan orang wajo. Bahwa selama 3 tahun lamanya simpanlah abuku , dan abukulah yang akan memutuskan perkara, dan suruhlah yang berperkara duduk didepan abuku, dan menuju mana asap abuku maka pihak itulah yang benar,dan engkaulah To Maddualeng yang menyatakan siapa yang benar atau yang salah,
- Setelah sudah 3 tahun lamanya setelah wafatnya, maka abunya di simpan dalam balubu dan ditanam dekat pohon yang dinamai 'Aju Uleng yang terletak disebelah selatan ibu kota wajo, setelah itu barulah Tonampe resmi diangkat menjadi Arung Matowa dan didampingi oleh Lapaturusi Tomaddualeng sebagai Ranreng Bettempola saat itu.
sumber: sejarah wadjo abd razak dg patunru & sejarah hukum adat kerajaan wajo abad 15 & 16 oleh Prof A.Zainal Abidin
By Lamakkaraka ( wasobo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar