Secara silsilah memiliki nasab sampai arung matowa wajo yang ke 32 dengan alur sebagai berikut : A.Tambasa Dg Pasore Bin I Kala Bin Latekke Arung Mabbicarae Penrang Kepala Kampung Cellue bin Lasappaile Petta Pabate Penrang bin La Mappanganro Arung Penrang bin Latokko Petta Penrang Bin Lamaddanaca Arung Matowa Wajo ke 32 dengan istri Petta Kambara., ini jalur dari ibunya, sedangkan jalur dari Bapak, merupakan orang Pammana, tepatnya cicitnya sulewatang Laree. yakniA.Tambasa Dg Pasore Bin La Pananrangi A.Andeng Dg Mangati Bin Lasiida Daeng Situju bin Abdurahman Sulawatan Lare( adapun sulewatang Laree, jalurnya akan dibahas di akhir tulisan ini.
Puang Tambasa yang selalu saya panggil dengan sebutan Puang, Mempunyai 4 saudara, Puang Wawo, Puang Kuma, Puang Madda, Puang Intan, dari keempat saudaranya hanya puang Kuma dan Puang Intan yang saya pernah ketemu, dan Saudaranya yang banyak mengetahui silisilah keluarga( Pallontara) adalah Alm puang Wawo, sehingga dia juga menjadi utusan keluarga bapak saat mau melamar ibu saya,
Puang Tambasa yang selalu saya panggil dengan sebutan Puang, Mempunyai 4 saudara, Puang Wawo, Puang Kuma, Puang Madda, Puang Intan, dari keempat saudaranya hanya puang Kuma dan Puang Intan yang saya pernah ketemu, dan Saudaranya yang banyak mengetahui silisilah keluarga( Pallontara) adalah Alm puang Wawo, sehingga dia juga menjadi utusan keluarga bapak saat mau melamar ibu saya,
Beliau juga mirip dengan saya, masih balita ibunya sudah meninggal dunia, kemudian bapaknya
di asingkan oleh penjajah Belanda karena membunuh seseorang, sehingga sekitar umur
belasan tahun belaiu sudah diasuh dengan pamannya Puang H,Sau Andi Wero saudara Mamanya (
Bapaknya Pung Buba, pung Wale, Pung Sahelaton), begitu juga saudara yang lain,
diasuh sama saudara mamanya, nyaris tidak pernah menikmati bangku sekolah,
menurutnya pernah ingin sekolah, namun saat sekolah beliau dipanggil sama om
nya, akibatnya putus sekolah dan menjadi buta huruf, tapi kecerdasan tidak
diragukan , tidak bisa membaca tapi hafal surat A’la, Al gashiyah dan surat
pendek laiinya, beliau sangat peduli dengan pendidikan saya, mulai mengantar saat awal pendaftaran mengaji, mengantar pendaftaran belajar barazanji, kalau bahasanya ke saya, saya akan berhenti membiayaimu kalau kamu sudah capai sekolah, ternyata
bukan cuma saya yang dipantau pendidikan, anak semata wayangnya juga dikawal
sampai makassar untuk kuliah, konon beliau balik dari makassar kemaroangin
setelah mendapat kepastian kalau anaknya sudah diterima di sospol Unhas.beliau
orangmya Ulet, tekun dan pekerja keras salah satu buktinya semua sawahnya dapat dikelola dengan baik tanpa ada yang nganggur, tentu dengan mempekerjakan orang lain juga, dan setelah beliau tiada makaSawah “sampi sampie” , tidak ada yang mampu garap
semuanya, ,dan satu hal yang berkesan sama pung tambasa bahwa selama saya kecil
sampai beliau wafat , tidak pernah dapat hukuman dari beliau seperti dicubit, dari beliau, bahkan kalau
ayah saya marah kesaya, saya langsung minta perlindungan ke beliau,
Beliau
Orang betul betul berprinsip, kalau sudah mengatakan tidak, maka tidak ada lagi
kata iya dibelakangnya terutama mencari pendamping hidup dan saya sendiri sudah diberi peringatan lebih dini jika baso mau
menikah dengan pilihan mu saja, silahkan urus dirimu sendiri. Menurutnya nasab sangat penting dalam memilih keluarga.
Adalagi
yang berkesan, saat saya mau menikah
dengan umminya Althaf, setelah saya sampaikan pilihan saya, dan setelah
diselediki keluarganya beliau sudah setuju, namun terdapat kendala yakni “SOMPA
TANAH’ , berbulan bulan dilakukan negosiasi terkait dengan ini, kalau Kakek
saya mengatakan tidak ada pendahulu saya dengan mahar Sompa Tanah dan mungkin ini adat dari pammana atau penrang, sementara adat
dari bone, lain, Perempuan bangsawan harus mempunyai sompa Tanah, sehingga calon mertua saya saat itu bependapat kalau
Memang tidak ada sompa tanah maka pestanya jangan dilakukan di Bone, tapi
dimakassar saja, dan selisih pendapat ini lumayan menguras energi saya termasuk
om saya pung Andi munawar petta Senggeng di bone karena harus memberi penjelasan pulang pergi bone - pammana,
akhirnya terdapat jalan tengah
bahwa tanah itu bukan sebenarnya SOMPA akan tetapi PALLAPI SOMPA sesuai penjelasan dari calon mertua perempuan ke saya yang kebetulan orang Soppeng, setelah mendengar penjelasan, baru kakek
saya setuju. Disinilah saya lihat puang tambasa memegang suatu prinsip termasuk
istilah, seperti SOMPA TANAH, bukan substansi tanah yang tidak setuju tapi
penyebutan Tanah sebagai SOMPA yang tidak disetujui.bahkan setalah menikah
beliau memberikan tanah kepada kami sebagai hadiah yang dikenal sebagai PATTAMPA
Teringat ketika saya pulang kampung, liburan semesteran di UNHAS, dan saat mau kembali ke makassar lagi, beliau sakit parah, sampai keluarga yang lain melarang saya ke makassar, tapi dengan penuh keyakinan bahwa kakek saya masih panjang umur, dalam perjalanan, saya teteskan air mata dalam doa, bahwa Ya Allah jangan matikan kakek saya kecuali didepan saya, dan Alhamdulillah doa itu terkabul,.Saat selesai mengikuti diklat PLN di Mawang ( Empat Tahun kemudian habis sakit Parah) tepatnya 05 April 2007, saya dengan istri menyempatkan pulang ke Maroangin untuk silaturahmi dengan keluarga ( belum ada althaf) sebelum kembali ke Luwuk banggai Sulawesi Tengah, setiba di Maroangin, kenapa tiba tiba puang Tambasa sakit perut, dan malam harinya dia panggil saya, bahwa Baso adaji Uang mu nak, saya bilang adaji puang, besok harinya kondisinya sudah sekarat, dan saya masih talkinkan dengan Lailaha Illallah, dan ternyata beliau menghembuskan nafas terakhir didepan saya, alhamdulillah Doa saya terkabul, saat beliau meninggalkan kembali saya berdoa ya allah karuniakanlah kami penggantinya.maka tidak heran setelah kami mempunyai anak kami kasih nama belakang Bassam, mendekati panggilan Puang bassa' panggilan mertua saya andi Tajuddin pasong petta Rani kepada beliau, , beliau meninggal dunia sabtu tanggal 07 april tahun 2007 jam 8.47 WITA
Teringat ketika saya pulang kampung, liburan semesteran di UNHAS, dan saat mau kembali ke makassar lagi, beliau sakit parah, sampai keluarga yang lain melarang saya ke makassar, tapi dengan penuh keyakinan bahwa kakek saya masih panjang umur, dalam perjalanan, saya teteskan air mata dalam doa, bahwa Ya Allah jangan matikan kakek saya kecuali didepan saya, dan Alhamdulillah doa itu terkabul,.Saat selesai mengikuti diklat PLN di Mawang ( Empat Tahun kemudian habis sakit Parah) tepatnya 05 April 2007, saya dengan istri menyempatkan pulang ke Maroangin untuk silaturahmi dengan keluarga ( belum ada althaf) sebelum kembali ke Luwuk banggai Sulawesi Tengah, setiba di Maroangin, kenapa tiba tiba puang Tambasa sakit perut, dan malam harinya dia panggil saya, bahwa Baso adaji Uang mu nak, saya bilang adaji puang, besok harinya kondisinya sudah sekarat, dan saya masih talkinkan dengan Lailaha Illallah, dan ternyata beliau menghembuskan nafas terakhir didepan saya, alhamdulillah Doa saya terkabul, saat beliau meninggalkan kembali saya berdoa ya allah karuniakanlah kami penggantinya.maka tidak heran setelah kami mempunyai anak kami kasih nama belakang Bassam, mendekati panggilan Puang bassa' panggilan mertua saya andi Tajuddin pasong petta Rani kepada beliau, , beliau meninggal dunia sabtu tanggal 07 april tahun 2007 jam 8.47 WITA
Nasab sampai Lapatau
La Patau AP16 x We Ummung Datu Larompong,
melahirkan WePatimana Ware Ar.Timurung,,Dt.Larompong,Matinroe ri Bolaukina x La Rumanga Daeng soreang Opu janggo Patunru Luwu (sepupu satu kali),
melahirkan
We Amirah Opu Pawellai Sabbe x Lakambau Batalae Opu Lamunre Maddika Bua
melahirkan
La Settiaraja La Cella Opu Maddikabua matinroe ri Padangkaloa x I Dallong Opu Daeng Tamami,
melahirkan
I Sabbe Opu Daeng Ripoji x La Paso Daeng Mallimpo (wijan'na Datu Cinnong)
Melahirkan
I Sitti Tahira petta Indo Karame x Kadhi pammana Ahmad ( Wjanna Arungnge Labarasiang), melahirkan
I Tenri Sampeang x La Kattena Daeng Marowa Arung Ujung Kalakkang melahirkan
Abd.Rahman Daeng Pawekkeng (Sulewatang Lare' pammana) x I Bonga Opu Pabbalu,
melahirkan Lasidda Daeng Situju Melahirkan Lapananrangi Daeng mangati melahirkan LaTambasa Daeng Pasore X I sangka Daeng Mawaji binti Puang Nampo A.Pasampoi bin I Mappa Bin Abd Rahman Sulewatang Lare ( sepupu satu kali) Melahirkan ayah saya H.A.Mattalata Melahirkan saya La Makkaraka Daeng Malimpo.
penulis : Lamakkaraka Cucu Langsung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar