Minggu, 04 Maret 2018

PUANG TAMBASA YANG KUKENAL


Secara silsilah memiliki nasab sampai arung matowa wajo yang ke 32 dengan alur sebagai berikut : A.Tambasa  Dg Pasore Bin I Kala Bin Latekke Arung Mabbicarae Penrang Kepala Kampung  Cellue bin Lasappaile Petta Pabate Penrang bin La Mappanganro Arung Penrang bin Latokko Petta Penrang Bin Lamaddanaca Arung Matowa Wajo ke 32 dengan istri  Petta Kambara., ini jalur dari ibunya, sedangkan jalur dari Bapak, merupakan orang Pammana, tepatnya cicitnya sulewatang Laree. yakniA.Tambasa Dg Pasore Bin La Pananrangi A.Andeng Dg Mangati Bin Lasiida Daeng Situju bin Abdurahman Sulawatan Lare( adapun sulewatang Laree, jalurnya akan dibahas di akhir tulisan ini.
Puang Tambasa yang selalu saya panggil dengan sebutan Puang, Mempunyai 4 saudara, Puang Wawo, Puang Kuma, Puang Madda, Puang Intan, dari keempat saudaranya hanya puang Kuma dan Puang Intan yang saya pernah ketemu, dan Saudaranya yang banyak mengetahui silisilah keluarga( Pallontara) adalah Alm puang Wawo, sehingga dia juga menjadi utusan keluarga bapak saat mau melamar ibu saya,
Beliau  juga mirip dengan saya, masih balita ibunya  sudah meninggal dunia, kemudian bapaknya di asingkan oleh penjajah Belanda karena membunuh seseorang, sehingga sekitar umur belasan tahun belaiu sudah diasuh dengan pamannya Puang H,Sau Andi Wero saudara Mamanya ( Bapaknya Pung Buba, pung Wale, Pung Sahelaton), begitu juga saudara yang lain, diasuh sama saudara mamanya, nyaris tidak pernah menikmati bangku sekolah, menurutnya pernah ingin sekolah, namun saat sekolah beliau dipanggil sama om nya, akibatnya putus sekolah dan menjadi buta huruf, tapi kecerdasan tidak diragukan , tidak bisa membaca tapi hafal surat A’la, Al gashiyah dan surat pendek laiinya, beliau sangat peduli dengan pendidikan  saya, mulai mengantar saat awal pendaftaran mengaji, mengantar pendaftaran belajar barazanji, kalau bahasanya ke saya, saya akan berhenti  membiayaimu kalau kamu sudah capai sekolah, ternyata bukan cuma saya yang dipantau pendidikan, anak semata wayangnya juga dikawal sampai makassar untuk kuliah, konon beliau balik dari makassar kemaroangin setelah mendapat kepastian kalau anaknya sudah diterima di sospol Unhas.beliau orangmya Ulet, tekun dan pekerja keras salah satu buktinya semua sawahnya dapat dikelola dengan baik tanpa ada yang nganggur, tentu dengan mempekerjakan orang lain juga, dan setelah beliau tiada makaSawah “sampi sampie” , tidak ada yang mampu garap semuanya, ,dan satu hal yang berkesan sama pung tambasa bahwa selama saya kecil sampai beliau wafat , tidak pernah dapat hukuman dari beliau  seperti dicubit, dari beliau, bahkan kalau ayah saya marah kesaya, saya langsung minta perlindungan ke beliau,
Beliau Orang betul betul berprinsip, kalau sudah mengatakan tidak, maka tidak ada lagi kata iya dibelakangnya terutama mencari pendamping hidup dan saya sendiri sudah diberi peringatan lebih dini jika baso mau menikah dengan pilihan mu saja, silahkan urus dirimu sendiri.  Menurutnya nasab sangat penting dalam memilih keluarga.
Adalagi yang berkesan, saat saya mau menikah  dengan umminya Althaf, setelah saya sampaikan pilihan saya, dan setelah diselediki keluarganya beliau sudah setuju, namun terdapat kendala yakni “SOMPA TANAH’ , berbulan bulan dilakukan negosiasi terkait dengan ini, kalau Kakek saya mengatakan tidak ada pendahulu saya dengan mahar  Sompa Tanah dan mungkin ini  adat dari pammana atau penrang, sementara adat dari bone, lain, Perempuan bangsawan harus mempunyai sompa Tanah,  sehingga  calon mertua saya saat itu bependapat kalau Memang tidak ada sompa tanah maka pestanya jangan dilakukan di Bone, tapi dimakassar saja, dan selisih pendapat ini lumayan menguras energi saya termasuk om saya pung Andi munawar petta Senggeng di bone karena harus memberi penjelasan pulang pergi bone - pammana, akhirnya terdapat  jalan tengah  bahwa tanah itu bukan sebenarnya SOMPA akan tetapi PALLAPI SOMPA sesuai penjelasan dari calon mertua perempuan ke saya yang kebetulan orang Soppeng,  setelah mendengar penjelasan,  baru kakek saya setuju. Disinilah saya lihat puang tambasa memegang suatu prinsip termasuk istilah, seperti SOMPA TANAH, bukan substansi tanah yang tidak setuju tapi penyebutan Tanah sebagai SOMPA yang tidak disetujui.bahkan setalah menikah beliau memberikan tanah kepada kami sebagai hadiah yang dikenal sebagai PATTAMPA
Teringat ketika saya pulang kampung,   liburan semesteran di UNHAS, dan saat mau kembali ke makassar lagi, beliau sakit parah, sampai keluarga yang lain melarang saya ke makassar, tapi dengan penuh keyakinan bahwa kakek saya masih panjang umur, dalam perjalanan, saya teteskan air mata dalam doa, bahwa  Ya Allah jangan matikan  kakek saya kecuali didepan saya, dan Alhamdulillah  doa itu terkabul,.Saat selesai mengikuti diklat PLN di Mawang ( Empat Tahun kemudian habis sakit Parah) tepatnya 05 April 2007, saya dengan istri menyempatkan pulang ke Maroangin untuk silaturahmi dengan keluarga ( belum ada althaf) sebelum kembali  ke Luwuk banggai Sulawesi Tengah, setiba di Maroangin, kenapa tiba tiba puang Tambasa sakit perut, dan malam harinya dia panggil saya, bahwa Baso adaji Uang mu nak, saya bilang adaji puang, besok harinya kondisinya sudah sekarat, dan saya masih talkinkan dengan Lailaha Illallah, dan ternyata beliau menghembuskan nafas terakhir didepan saya, alhamdulillah Doa saya terkabul, saat beliau meninggalkan kembali saya berdoa ya allah karuniakanlah kami penggantinya.maka tidak heran setelah kami mempunyai anak kami kasih nama belakang Bassam, mendekati panggilan Puang bassa' panggilan mertua saya andi Tajuddin pasong petta Rani  kepada beliau, , beliau meninggal dunia sabtu tanggal 07 april tahun 2007 jam 8.47 WITA

Nasab sampai Lapatau
La Patau AP16 x We Ummung Datu Larompong,
melahirkan WePatimana Ware Ar.Timurung,,Dt.Larompong,Matinroe ri Bolaukina x La Rumanga Daeng soreang  Opu janggo Patunru Luwu (sepupu satu kali),
melahirkan
We Amirah Opu Pawellai Sabbe x Lakambau Batalae Opu Lamunre Maddika Bua 
melahirkan
La Settiaraja La Cella Opu Maddikabua matinroe ri Padangkaloa x I Dallong Opu Daeng Tamami,
melahirkan
I Sabbe Opu Daeng Ripoji x La Paso Daeng Mallimpo (wijan'na Datu Cinnong)
Melahirkan
I Sitti Tahira petta Indo Karame  x Kadhi pammana Ahmad ( Wjanna Arungnge Labarasiang), melahirkan
I Tenri Sampeang x La Kattena Daeng Marowa Arung Ujung Kalakkang melahirkan
Abd.Rahman Daeng Pawekkeng (Sulewatang Lare' pammana) x I Bonga Opu Pabbalu,
melahirkan Lasidda Daeng Situju Melahirkan Lapananrangi Daeng mangati melahirkan LaTambasa Daeng Pasore X I sangka Daeng Mawaji binti Puang Nampo A.Pasampoi bin I Mappa  Bin Abd Rahman Sulewatang Lare ( sepupu satu kali)  Melahirkan ayah saya H.A.Mattalata Melahirkan saya La Makkaraka Daeng Malimpo.

penulis : Lamakkaraka Cucu Langsung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar