Selasa, 21 Oktober 2025

Wisata Keluarga Datu Malleleang ke-3 di Pinrang

Riak ombak Selat Makassar seolah turut menyambut perhelatan tahunan Ikatan Keluarga Datu Malleleang (IKARDA). Bertajuk "Wisata Keluarga Datu Malleleang ke-3," acara ini menjadi panggung kembalinya harmoni dan silaturahmi, bertempat di lokasi yang memancarkan ketenangan: Villa milik Bapak Haji Andi Yusri Tanra di Suppa, Pinrang, pada tanggal bersejarah 8 hingga 9 Oktober 2025..

Babak I: Kedatangan dan Kehangatan Sore (8 Oktober 2025)

Sejak mentari mulai condong ke barat, aura kegembiraan sudah terasa. Meskipun registrasi resmi dijadwalkan sehabis Sholat Ashar, semangat kekeluargaan tak terbendung. Kelompok awal yang paling antusias adalah keluarga dari Soppeng, yang sudah mulai berdatangan sejak seusai Sholat Dzuhur. Mereka langsung bergerak cepat, menciptakan "kampung" sementara dengan gaya khas: beberapa anggota  sibuk memasang tenda-tenda di area terbuka yang teduh, sementara yang lain memilih kenyamanan gazebo untuk berkumpul dan bercerita. Total peserta yang terdaftar mencapai angka fantastis: 196 orang, sebuah rekor tertinggi selama Wisata Keluarga Datu Malleleang, yang menunjukkan semakin eratnya ikatan.

Tak lama berselang, rombongan dari Wajo tiba dengan riang, disusul oleh keluarga besar dari Makassar. Panitia  mengalokasikan kamar-kamar villa bagi mereka yang tidak membawa  tenda atau gazebo, memastikan setiap peserta—dari anak-anak hingga tetua—merasa nyaman dan terlayani. Mereka yang memilih kamar villa pun segera membaur, berbagi tawa dan kisah lama yang terpendam. Senja di Suppa Pinrang menjadi saksi bisu kehangatan yang merambat dari satu keluarga ke keluarga lainnya.. Pada saat registrasi dibuka, suasana semakin ramai. Para tokoh sentral IKARDA tampak hadir, memberikan bobot dan restu pada kegiatan ini, di antaranya adalah Ketua Dewan Penasihat, Ketua Umum, dan Anggota Dewan Penasihat yang dihormati, didampingi seluruh jajaran penguru

Babak II: Malam Penuh Kegembiraan dan Makna (8 Oktober 2025)

Setelah menunaikan kewajiban Sholat Ashar , energi  langsung dialihkan ke ajang kompetisi kuliner yang paling dinanti: Lomba Kaddo Miinya. Para peserta dari berbagai daerah berlomba menyajikan Kaddo Miinya (makanan khas bugis) terbaik mereka, memadukan resep turun-temurun dengan inovasi rasa. Bau harum rempah dan bumbu memenuhi udara, menambah selera makan malam.

Puncak kebersamaan tiba dalam balutan Gala Dinner diiringi. Selesai makan malam, acara berlanjut ke sesi formal-informal. Dibuka dengan sambutan-sambutan penuh makna dari Ketua Umum dan ketua Dewan Penasihat, mereka menyampaikan pesan persatuan, dan pentingnya menjaga silaturahmi.

 Kemudian, enam peserta menunjukkan talenta emosional mereka dalam Lomba Puisi,diantaranya Andi Lina Tadampali, Andi Warda, Andi Nurfadhila, Andi Surya, Andi Collie, dan  Andi Mutmainnah, membacakan karya yang menyentuh hati tentang keluarga, kampung halaman, dan penghormatan kepada leluhur.

Kompetisi semakin memanas dalam Lomba Mars Datu Malleleang. Tiga wilayah—Wajo, Soppeng, dan Makassar—beradu kekompakan, harmoni, dan semangat dalam menyanyikan lagu kebanggaan IKARDA. Masing-masing kontingen tampil totalitas, membangkitkan rasa bangga dan persatuan.

Menjelang tengah malam, acara inti selesai. Namun, kehangatan belum usai. Beberapa keluarga memilih untuk begadang, bercengkerama di tepi pantai Suppa, menikmati angin malam. Sementara yang lain beristirahat. Beragam pilihan akomodasi menunjukkan fleksibilitas: ada yang tetap di villa, beberapa memilih menginap di hotel terdekat, atau menumpang di rumah keluarga yang berlokasi tak jauh dari acara. Sebagian kecil peserta terpaksa kembali ke daerah asal mereka karena harus memenuhi jadwal kegiatan esok hari.

Babak III: Pagi Persatuan dan Penutup Sejarah (9 Oktober 2025)

Fajar menyingsing membawa suasana sejuk. Hari kedua dimulai dengan ketenangan jiwa melalui Ceramah Agama  singkat yang membekali peserta dengan nasihat keagamaan dan motivasi hidup. Setelah rohani diisi, fisik pun digerakkan. Seluruh peserta berkumpul untuk sesi Senam IKARDA yang ceria dan energik. Tawa pecah saat kompetisi berlanjut ke Lomba Yel-Yel, di mana setiap kelompok menunjukkan kreativitas dan kekompakan dalam meneriakkan semangat persatuan.Hadiah dan door price mulai di distribusikan sampai habis.

Usai mengisi energi pagi dengan sarapan bersama, seluruh rombongan bergerak menuju lokasi penutupan yang telah ditentukan. Bukan sembarang tempat, namun di lokasi yang penuh simbolisme cinta abadi: Tugu Ainun Habibie—sebuah landmark yang mempertegas pentingnya kesetiaan dan komitmen.

Di lokasi inilah piala paling bergengsi—Piala Bergilir IKARDA—diserahkan. Setelah melalui penilaian ketat dari semua mata lomba, dengan sorak sorai gembira, keluarga Ikarda Wajo diumumkan sebagai Juara Umum tahun ini dan berhak membawa pulang piala tersebut, menjadikannya tuan rumah piala hingga pertemuan berikutnya.

Momentum ini sekaligus menandai ditutupnya Wisata Keluarga ke-3. Seluruh perhelatan akbar ini terlaksana berkat swadaya keluarga. Biaya yang digunakan dalam kegiatan ini sepenuhnya menghabiskan kas IKARDA, yang merupakan sisa saldo dari kegiatan Silaturahmi Akbar di Batu-Batu, Soppeng, dua tahun lalu. dan tentu ada bantuan materil dari keluarga baik pribadi maupun rumpun, Ini adalah bukti nyata bahwa kekeluargaan Datu Malleleang tidak hanya terjalin erat, tetapi juga mandiri dan solid dalam melestarikan budaya dan persatuan antar keturunannya. Wisata Keluarga Datu Malleleang ke-3 pun usai, menyisakan kenangan manis, ikatan yang semakin kuat, dan semangat untuk bertemu kembali  tahun mendatang.

Makkaraka/ Panitia