Jumat, 23 Februari 2018

STRUKTUR PEMERINTAHAN KERAJAAN WAJO


Dari cerita yang ada di berbagai lontara dapat disimpulkan bahwa sumber tertua dari keturunan  raja raja wajo  adalah kerajaan cinnotabi, kerajaan ini runtuh atas perselisihan paham  La tenribali dengan La tenritippe, maka berdirilah tiga buah perkampungan “ LIPUTELLUKAJURU” ada juga menamai TELLUTURUNGENG LAKKA’E” yakni Majauleng, Sabbangparu dan Takkalalla yang kemudian lahirlah kerajaan besar yang bernama Wajo, kemudian ketiga kampung itu berubah namanya, Majauleng Menjadi Bettempola, Sabbangparu menjadi Talotenreng, dan Takkalalla menjadi Tua.
            Raja Besar yang dipilih dan diangkat untuk kerajaan Wajo diberi gelar BATARA wajo, Beliau didampingi tiga Orang Raja masing masing digelar PA’DANRENG,kemudian disebut RANRENG yairu Ranreng Bettempola, Ranreng Talotenreng, Ranreng Tua.
            Ketika Urusan Pemerintahan mulai bertambah banyak pada masa Laobbi Settiriware Cucu Langsung Arung Saotanre La Mallu Toanginraja dan We Tadampalie menjadi Arung Matowa ke dua,  Maka  Arung Matowa mengangkat Tiga Orang Pejabat Yang disebut ‘ PA’BATE LOMPO’ atau ringkasnya “BATE LOMPO” Seorang untuk Bettempola, Seorang Untuk Talotenreng, Seorang Untuk Tua masing masing digelar PILLA ( merah), PATOLA ( Warna Warni), CAKKURIDI ( Kuning), sesuai warna bendera yang mereka pegang, Tugas Awalnya hanya Untuk urusan perang, namun lambat laun sudah ikut mencampuri urusan urusan pemerintah  Ketiga Paddanreng dan ketiga Batelompo merupakn sebuah Badan yang disebut ARUNG ENNENGNGE
            Jika Arung Matowa wajo hadir dalan Badan itu maka di sebut PETTA WAJO,dibawah badan itu terdapat sebuah lembaga yang disebut ARUNG MABBICARA  yang terdiri atas 30 anggota, masing masing Paddanreng didampingi  10 anggota Arung Mabbicara, yang mempunyai tugas mengadili perkara dan memberi nasehat, dari 30 itu ada 12 anggota dimana masing paddanreng mempunyai 4 anggota Inti tugas utamanya yakni “Ma’dette Bicara ( memutuskan perkara) semntara yang 6 anggota tugasnya hanya membatu   dalam  Mattetta, Mappano ‘pate bicara artinya menerima, menurunkan dan menaikkan bicara  dan memeriksa perkara dan mengajukan dimuka pengadilan untuk diputuskan oleh Arung Mabbicara  kalau disamakan sekarang adalah penuntut Umum/Jaksa
            Selain Lembaga Arung Mabbicara, ada pula tiga orang pejabat yang di sebut SURO RIBATENG’ untuk masing masing Pa’danreng yang tugasnya sebagai  semata mata sebagai duta dari para Pa’danreng, perintah Para Batelompo, Perintah Arung Matowa,
            Bersama Batara Wajo/ Arung Matowa Wajo , Arung Ennengnge, 30 Arung Mabbicara dan 3 suroribateng merupakan badan pemerintahan yang disebut Arung PATAPPULOE ( Raja 40),  atau Puang RI WAJO, mereka inilah yang Paoppang Palengengngi Wajo  artinya Jatuh bangunnya negeri wajo ada ditangan lembaga ini
Langsung Dibawah paddanreng  ada pula pejabat yang disebut PUNGGAWA, yang pada mulanya digelar Matowa, sering juga disebut INANA TOMAEGAE ( Ibunya orang banyak) yang mengepalai pokok perkampungan yakni  Majauleng, Sabbangparu, Takkalalla, Gelaran Matowa mengalami perubahan menjadi PUNGGAWA sejak La Palewo Topalipung diangkat menjadi Arung Matowa pertama ,di Wajo, bertugas menjalankan pemerintahan langsung atas rakyatnya masing masing dan menjadi penghubung antara PETTA WAJO dengan Para Arung LILI, Jika ada permasahan yang tidak bisa diatasi oleh Arung Lili, PUNGGAWA, maka dilanjutkan ke Arung Mabbicara Wajo, jika belum berhasil dilanjutkan ke Paddanreng, Jika belum berhasil maka dikemukan ke Arung Matowa yang akhirnya dirundingkan bersama Arung PetaPulo, dan jika ada ha yang genting maka arung petappuloe  bersama PUNGGAWA, Arung Lili  membicarakannya dan menagmbil keputusan. Para PUNGGAWA dan Arung LILI menerima hasil pemufakatan dar Wajo,
Arung Lili  memiliki aturan masing masing  dan mempunyai pemerintahan sendiri yang amat luas , hampir semua Arung Lili di wajo disebut ARUNG, hanya Cina yang kemudian dikenal dengan Pammana dikepalai oleh seorang Raja  yang bergelar DATU,  tiap kerajaan lili dipimpin seoarang Raja  yang didampingi oleh  Majelis yang bernama “HADAT” terdiri beberapa pejabat dan antaranya disebut PABBICARA, langsung dibawah HADAT ada kepala kepala persekutuan  hukum(  Desa Desa Tersebut)
Batara Wajo merupaka Gelar turun temurun, namun Arung Matowa sifatnya tidak turun temurun yang bisa dikenal Maradeka To wajoe, Adenna Napo puang.
Jabatan Arung Enengnge Mutlak turun temurun semenjak dahulu kala sampai waktu terhapusnya kerajaan wajo  baik defacto maupun deyure dalam tahun 1957, begitu juga Arung mabicaraae, Suro Ribateng, Puggawa, Arung Lili dan kepala desa pun bersiafa turun temurun,
Dari Arung Ennengnge adalah Ranreng Bettempola yang terkemuka dalam kedudukan, kemudian Ranreng Talotenreng, dan Ketiga Ranreng Tuwo kemudian Pilla, Patola dan Cakkuridi, Bettempola lazim juga di sebut Arung Bettempola fungsinya ada dua macam yakni  jika disebut Arung Bettempola  atau Arung Betteng  maka kedudukannya sebagai INANA- LIMPOE ( Kepala dari Tiga Negeri),  dan jika disebut Ranreng Bettempola maka kedudukannya  sederajat dengan kedua Ranreng.
Sebagai ARUNG BETTEMPOLA menurut Adat Wajo tidak boleh diangkat menjadi Arung Matowa, maka hanya dalam kedudukan sebagai ranreng Bettempola ia boleh diangkat sebagai arung matowa, dan  jika jabatan Arung matowa terlowong maka menurut adat wajo harus dijabat semantara oleh Arung Bettempola sampai ada arung Matowa yang definif, Arung Bettempola bisa disamakan dengan PERDANA MENTERI

Sumber: SEDJARAH WADJO oleh Abd Razzak Dg Patunru Nopember 1963
By lamakkaraka ( Wasobo)

AWAL BERDIRINYA KERAJAAN WAJO

 
Apa yang dapat diketahui tentang sejarah Wajo, dari kerajaan Wajo yang sekarang menjadi Kabupaten. Adalah semata-mata berdasarkan cerita-cerita atau hikayat yang ditulis dalam sebuah buku yang dinamai LONTARA. Tentang berdirinya Kerajaan Wajo terdapat berbagai macam cerita . Cerita dahulu sebagian ditulis dalam buku Lontara maupun dituturkan secara lisan. Sebagian dari cerita itu mengatakan bahwa berdirinya kerajaan Wajo terjadi
a.    berdirinya kerajaan Wajo erat kaitannya dengan Kerajaan Luwu
b. Permulaan berdirinya kerajaan Wajo tidak dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dari luar,diperkuat oleh buku Lontara dari Andi Makkaraka Arung Bentempola. Bahwa yang menjadi perintis berdirinya kerajaan Wajo adalah seorang yang bernama La Paukke putra dari Datu Cina yaitu sebuah kerajan yang sudah lama berdiri sebelum Wajo ada dan kerajaan itu kemudian dinamai Pammana yang sekarang merupakan kecamatan dalam daerah kabupaten Wajo. Menurut Datu Makkaraka bahwa pernah ada seorang Arung Matoa Wajo yang bernama La Mappajung Puanna Salewo bersama Arung Bentempola yang bernama La Sangaji Puanna La Sengngeng mengumpulkan buku – buku Lontara dari Wajo,Soppeng,Bone,Luwu dan lainnya untuk menyuruh uji isi dan mutu buku-buku itu. Hasilnya bahwa sebagian besar dari ahli Lontara Wajo mempunyai pendapat yang sama yakni bahwa berdirinya Kerajaan Wajo terjadi dalam lingkungan sendiri.
Banyak versi tentang kelahiran wajo antara lain Versi Puang Rilampulung, Versi Puang Ritimpengan, Versi Cinnotabi, Versi Boli, Versi kerajaan cina, versi masa batara wajo, versi masa arung matowa wajo, dari beberapa versi maka versi boli yang disepakati menjadi tahun hari jadinya wajo yakni tahun 1399 M,dimana saat terjadi  pelantikan Latenri Bali sebagai  batara wajo pertama dibawah pohon bajo di daerah Tosora kecamatan majauleng
Untuk memberikan gambaran kepada pembaca, maka perkenankan saya untuk bercerita.
1.    Seorang anak dari Datu Luwu dihinggapi penyakit kulit yakni Kusta, maka atas permintaan rakyat Luwu, putri diasingkan ke luar beserta pengikutnya dengan Rakit. Dan tibalah di akkotengang di Wajo. Disana berumah di atas Pohon kayu yang dinamai Bajo, kemudian tiba-tiba putri sembuh,karna beberapakali dijilati oleh kerbau belang. Kebetulan ada putra dari raja Bone pergi berburu. Akhirnya menikahi Putri Raja Luwu dan beranak pinak .Dan lahirlah beberapa anak laki dan perempuan. Rakyat dari perkampungan dimana putri tinggal bekerja dengan giat mencari penghidupan masing-masing. Ada yang menyadap Tuak dengan cara Tarok Tenreng (memasang Tangga) ada yang menangkap ikan dengan cara menggunakan Tuba untuk memabukkan ikan, ada pula yang menebang kayu untuk dijadikan tiang rumah. Olehnya itu perkampungan itu dinamai Talo’Tenreng, Tuak dan Bentempola. Putra-putra yang lahir dari perkawinannya,diangkat oleh rakyat untuk menjadi raja pada perkampungan tersebut.
2.    Putri dari raja Luwu itu dinamai We Tadampali yang diperistri oleh la Mallu  To Anging raja yaitu raja di Bentempola. Beliau adalah satu-satunya orang yang mempunyai rumah yang tinggi, olehnya itu digelari Arung Saotanre, We tadampali memperoleh dari ayahnya datu luwu yang bernama La Mallale sebilah kalewang “Lateakasi”, Sebilah Tombak “La Ulah Balu”, dan Badik “ Cobok”, Benda benda tersebut bertatahkan emas dan menjadi pusaka turun temurun dalam lingkungan keluarga Arung Betempola, Menurut Abdu Razak DG patunru Pusaka  Kalewang dan tombak masih ada ditangan Arung Bettempola Makkaraka, Sedangkan badik sudah lama hilang
3.    La Patiroi putra La Rajallangi  memperistri  I Tenriwawo putri Datu Babauae Bone mempunyai  dua anak yakni Latenri Bali dan Latenri Tippe
4.    Latenri Bali dan Latenri Tippe bersamaan jadi raja Cinnotabi, karenanya sebagai awal runtuhnya kerajaan cinnotabi akibat selisih paham yang tanpa penyelesean , dimana Latenri Tippe menyia nyiakan amanah dari rakyat Cinnotabi, maka rakyatnya mengadu ke sepupu se Latenri tippe yakni, La tenri Tau, Latenri Pekka dan Lamatareng namun Latenri Tippe tidak menanggapinya, Maka ketiga sepupunya dengan rakyat  meninggalkan cinnotabi menuju Boli dan Saring Jameng dan membuka perkampungan masing masing  disebut Majauleng, Sabbangparu dan Takkalalla disebut Lipu Tellu Kajuru’na
Sedangkan La Tenri Bali dan La Tenritippe  menuju  Saebawi dan membuka negeri yang bernama Penrang , sehingga Latenri bali diangkat menjadi Arung Penrang
Setelah beberapa tahun untuk menghindari percekcokan seperti sepupunya dicinnotabi,  maka ketiga sepupunya memanggil  La Tenribali untuk memimpin negeri Boli sebagai Arung Mataesso di Boli dan dilakukan  pelantikan oleh 3 sepupunya yang mengangkat dirinya sebagai Paddanreng  dan Arung Mataesso diberi gelar Batara Wajo, karena dilantik dibawah pohon bajo yang besar, Sehingga BOLI juga diganti menjadi Wajo,
Sementara dipenrang Latenri Tippe diangkat menjadi Arung Penrang menggantikan saudaranya Latenribali

Sumber: Sejarah Wajo Abdu razak Dg Patunru tahun 1963

PEMERINTAHAN TERAKHIR MASA KERAJAAN WAJO 1947- 1950

         
1.    .Arung Matoa Terakhir Andi Mangkona ,
2.    Ranreng Betteng Pola Terakhir Andi Sangaji,
3.    Ranreng Talotenreng Terakhir Andi Makkulawu,
4.    Ranreng Tua Terakhir Andi Walinono ,
5.    Datu Tempe Terakhir Andi Bau Manawara,
6.    Arung Wage Terakhir Andi Dachlan ,
7.    Arung Bola Terakhir Andi Pajarungi ,
8.    Arung Belawa Terakhir Andi Sulolipu,
9.    Arung Liu Terakhir Andi Ebe.
10. Datu Pammana Terakhir Andi Pallawarukka,
11. Arung Sakkoli Terakhir Andi Sila,
12. Arung Gilireng Terakhir Andi Beddu,
13. Arung Kera Terakhir Andi Dahir Pance,
14. Sullewatang Akotengeng Terakhir Andi Korossi,
15. Sullewatang Ugi Terakhir Andi Magga Amirullah ,
16. Sullewatang Peneki Terakhir Andi Muh Sa'id,
17. Karajeng Siengkang Terakhir Andi Passamula
18. Arung Paria Terakhir Andi Oddang,
19. Arung Rumpia Terakhir Andi Walinono macca,A
20. Arung Anabanua Terakhir Andi Kadu ,
21. Sullewatang Tancung Terakhir Andi Ahmad ,S
22. Sullewatang Lowa Terakhir Andi Biola Oddang,
23. Pilla Terakhir Andi Pallawarukka,
24. Patola Terakhir Andi Sumange Rukka,
25. Cakkuridi Terakhir Andi Makkulawu.
26. Manciji Terakhir Andi Aco , kerajaan di Wajo 1947-1950

Kamis, 22 Februari 2018

MENGENAL SILSILAH BATARA WAJO & ARUNG MATOWA

                  A .  Arung Cinnotabi
1.    Lapaukke Putra dari Datu Cina beserta pengikutnya pergi  kekampung Cinnotta’ bangka , Memperistrikan  I Pattola Arung Sailong dari Bone
2.    I Pannangareng  anak dari Lapaukke diperistri oleh LaMata tikka saudara dari datu Luwu yang bernama La Mallalae
3.    I  Tenri Sessu  diperistrikan oleh La Rajallangi Putra Datu Babaue Bone dari pernikahan nya lahir Tiga anak yakni Lapatiroi, Lapawawoi, Lapatongai
4.    La Patiroi putra La Rajallangi  memperistri  I Tenriwawo putri Datu Babauae Bone mempunyai  dua anak yakni Latenri Bali dan Latenri Tippe
5.    Latenri Bali dan Latenri Tippe bersamaan jadi raja Cinnotabi, karenanya sebagai awal runtuhnya kerajaan cinnotabi akibat selisih paham yang tanpa penyelesean , dimana Latenri Tippe menyia nyiakan amanah dari rakyat Cinnotabi, maka rakyatnya mengadu ke sepupu se Latenri tippe yakni, La tenri Tau, Latenri Pekka dan Lamatareng namun Latenri Tippe tidak menanggapinya, Maka ketiga sepupunya dengan rakyat  meninggalkan cinnotabi menuju Boli dan Saring Jameng dan membuka perkampungan masing masing  disebut Majauleng, Sabbangparu dan Takkalalla disebut Lipu Tellu Kajuru’na
Sedangkan La Tenri Bali dan La Tenritippe  menuju  Saebawi dan membuka negeri yang bernama Penrang , sehingga Latenri bali diangkat menjadi Arung Penrang
Setelah beberapa tahun untuk menghindari percekcokan seperti sepupunya dicinnotabi,  maka ketiga sepupunya memanggil  La Tenribali untuk memimpin negeri Boli sebagai Arung Mataesso di Boli dan dilakukan  pelantikan oleh 3 sepupunya yang mengangkat dirinya sebagai Paddanreng  dan Arung Mataesso diberi gelar Batara Wajo, karena dilantik dibawah pohon bajo yang besar, Sehingga BOLI juga diganti menjadi Wajo,
Sementara dipenrang Latenri Tippe diangkat menjadi Arung Penrang menggantikan saudaranya Latenribali

                 B.  Batara Wajo
1.     La Tenri Bali   bekas Arung Cjinnotabi ( Cina Pammana) dan Bekas Arung Penrang pada masa pertengahan abad XV
2.       La Mataesso  Putra Latenri Bali ( 10 Tahun) Beliaulah bersama paddanreng mengubah nama Majauleng , Sabbangparu dan takkalalla menjadi  Bettempola, Talotenreng, dan Tua, akibat pada masa itu mata pencaharian hanya 3 macam yakni  Bertani, Menyadap Tuak, dan menangkap ikan
Majauleng Disebut  Bettempola karena padinya petani bertumpuk, tingginya seperti rumah
Sabbangparu disebut Talotenreng yang sebelumnya disebut Tarotenreng Rakyatnya sebagai Penyadap Tuak menggunakan tenreng (tangga)
Takkalalla disebut Tua , Rakyatnya nelayan dengan menggunakan Tuba untuk memabukkan ikan ikan
3.       Lapateddungi Tosamallangi Putra La Mataesso  (   menjabat selama 3 Tahun dan  dipecat dari jabatannya sekaligus  dibunuh di “La pabbessi “ atas perbuatan sewenang wenang Terhadap Rakyat  Wajo, mengenai siapa  pembunuhnya, terdapat  4  vesi, yakni 1. oleh latadampare atas permintaan Latiringen,  2. oleh kemauan sendiri Latadampare, 3. oleh Latiringen Totaba sendiri dan 4. oleh Latenriumpu Tolangi Arung Matowa ke tiga
Batara Wajo merupakan  Pemimipin yang diangkat berdasarkan Garis Keturunan dan turun temurun.
Atas usul dari Arung Saotanre La Tiringeng Totaba yang kemudian digelar Arung Simentempola atau Arung Bettempola yang intinya bahwa pemerintahan selanjutnya  boleh diambil dari luar keturunaan, maka itu langkah pengubahan Gelar Batara Wajo menjadi Arung Matowa,
Meskipun  saat itu rakyat wajo beserta Paddanreng  menghendaki beliau menjadi Arung Matowa tetapi beliau menolaknya dan terjadi   perjanjian  yang dikenal  Perjanjian “Paddepa” meskipun beliau tiga tahun lamanya menjabat batara wajo untuk mengisi kekosongan
             C.  ARUNG MATOWA WAJO
1.    La Palewo Topalipung  Gelar Arung Matowa pertama disandangnya  menjabat sekitar 7 Tahun dari  1480 – 1488 M. anak dari La Tenripeppang Paddanreng  Tolatenreng sebelum jadi Arung Matowa pernah menjadi Matowa ( Kepala Wanua Saat itu) di Majauleng dan atau Sabbangparu
2.    La Obbi Settiriware sebelumnya menjadi Paddanreng Bettempola menjabat selama  5 tahun dari 1488- 1493.
Atas Masukan Datu Luwu Raja Dewa  maka tiap tiap Paddanreng dibuatkan bendera , PILLA ( Merah) untuk Bettempola, PATOLA (Warna Warni) untuk Talotenreng, dan CAKKURIDI (kuning) untuk Paddanreng Tua
3.    La Tenriumpu Tolangi adik / Saudara La Obbi Settiriware  menjabat setelah 5 Tahun karena Wafat , dari 1493 -1498
4.    La Tadampare Puang Rimaggalatung Putra dari Latompi Wanua keturunan Langsung Latenribali, Istrinya bernama I Tenrilawi Putri Arung Palakka Bone menjabat sekitar 30 Tahun karena  wafat dari 1498 – 1528 M. sebenarnya beliau  yang diinginkan untuk menjadi Arung Mattowa pertama, namun menolak sampai permintaaan masyarakat Wajo yang ke 4 kalinya  akhirnya  disanggupinya,  Banyak cerita tentang beliau dalam lontara, dan saat itu banyak negeri yang ditaklukkan seperti Larompong, Timurung, Lamuru, Kassa, Maiwa, Enrekang , Mario Riawa dan lain lain.
Keinginannya agar Arung Matowa kedepan  turun temurun dijawab sama anak kecil, putra  Arung Bettempola  Latiringen yang bernama Lapaturusi Tomadualeng sehingga saat akhir jabatan pesannya pilihlan penggantinya nanti yang memiliki sifat empat “Kejujuran, Kepintaran, Kemurahan hati dan keberanian”
5.    La Tenri Pakado Tonampe  Putra dari Latadampare Puang Rimaggalatung   menjabat sekitar 11 tahun  sampai mengundurkan diri karena lumpu dari 1528-1539 M ,  maka digelari Arung Tudangnge,  Daerah kekuasaannya berkurang  atau hilang akibat gempuran dari Raja Gowa Tunipalangga, Raja Bone, Luwu, Raja Soppeng
6.    La Temmasonge Anak Menantu  Lapalewo Topalipung  Arung Matowa pertama menjabat sekitar 3 Tahun mengundurkan diri karena penyakit Lumpuh dari 1539 – 1542 M.
7.    La Warani To Temmagiang  Putra La Obbi Settiriware  arung Matowa kedua  menjabat sekitar 3 Tahun karena wafat dari  1542 -1545 M. Saat itu terjadi peperangan antara Utting bersama wajo melawan Sidenreng bersama Gowa, Sampai Akhirnya Wajo Jadi  Budak Dari Gowa
( Tunipalangga dengan Tomaddualeng)
8.    La Mallagenni  2  Bulan  lamanya menjabat di tahun 1545  karena mengundurkan diri,  dijabat sementara oleh  Ranreng Bettempola  selama dua Tahun sampai 1547 dan peperangan berkobar Terus menerus
9.    La Mappapole  Toappamadeng Massaolocie sebelumnya menjadi Ranreng Tua dan datu Patila , menjabat sekitar 17 tahun karena  wafat  ( dari 1547 -1564M. Bersama Lamungkatje Toudama cucu latadampare,berjuang untuk pembebasan dari  perbudakan  Gowa dengan Membantu Gowa menyerbu Batulappa (Pare Pare Lama),  Bulo Bulo (Sinjai), dan akhirnya berhasil Bebas dari  perbudakan BUDAK Gowa
10. La Pakkoko To Pa’bele putra Latadampare Puang Rimaggalatung Arung Matowa ke empat  saudara sebapak dari Latenri Pakado Tonampe Arung Matowa kelima  menjabat sekitar 3 tahun karena Wafat   dari  tahun 1564 – 1567 M. Saat itu terkenal dengan keadilannya, dimana  beliau menyuruh  Lamungkace Toaddama membunuh putranya  La Pa’bele karena memperkosa anak gadis dari matowa Totinco
11. La Mungkace  Toaddama  Putra dari La Cellaulu Paddanreng Talotenreng,  menjabat sekitar 30  tahun dari 1567 – 1607M,  Terjadi perjanjian Tellumpoccoe yang dilaksanakan di Bunne dearah Timurung  Bone pada tahun 1582M  antara Wajo, Soppeng dan Bone disebut “ LAMUMPATUE RITIMURUNG” yang intinya sepakat menentang politik ekspansi raja gowa,  Wajo kembali jaya seperti jaman  Kakeknya Latadampare
12. La Sangkuru Patau Arung Peneki Sultan Abdurahman  Matinroe Riallepperenna, Menjabat sekitar 3 tahun karena wafat  dari 1607 – 1610M.
Arung Matowa yang pertama memeluk islam di tahun16101 M atas ajakan raja Gowa Mangerangi  Dg Manra’bia Sultan Alaudin  dan pertama dikubur Jenazahnya dimana Arung Matowa sebelumnya dibakar, abunya disimpan dalam balubu kemudian di tanam
13. La Mappepulu Toappamole Putra Ranreng Tuwa Towappamadeng menjabat sekitar  4  tahun karena wafat dari 1612- 1616 M.beliau  aktif di usaha pertanian, dan berburu karenanya  meninggal saat berburu di pakkawarue dikenal Matinroe rilemponna karna jatuh lubang air
14. La Samalewa Towapakiu menjabat sekitar 5 tahun dari  1616-1621M. diberhentikan oleh arung ennengnge atas perbuatan yang sewenang wenang terhadap rakyatnya
15. La Pakkalongi Toallinrungi  Arung Pogi  lasim disebut to Ali  menjabat sekitar 5 tahun1621 -1626 M. beliau yang membangun masjid raya dan saat peresmian hadir Raja Gowa, raja Tallo,Raja Bone dan datu Soppeng ,namun  diberhentikan dari jabatannya karena selama kepemimpinannya, Wajo mengalami Gagal panen, ditimpa Kelaparan.
Beliau memiliki putri yang bernama  Dassaleng Arung Ugi dipersunting oleh raja bone Lamaddaremmeng Matinroe Ribukaka dari pernikahan lahir seorang putra yang bernama Lapakokoe Toankone Arung Timurung Ranreng Tua, Ayah Dari Raja Bone Lapatau  Matinroe Rinagauleng
16. Topassaungnge menjabat selama 3 tahun lamanya dan   mengundurkan diri dari  1626 -1628M. Beliau berusaha memajukan pertanian sampai masyarakat berkelimpahan padi, jagung dan umbi ubian saat itu
17. La Pakkalongi Toallinrungi   atas permintaan Raja Gowa , beliau menjabat kedua kalinya sekitar 8 tahun dari 1628- 1636M.  tahun 1628 terjadi selisih paham dengan Arung Bettempola La sekati Topalettei, sehingga di berhentikan, kemudian bersama orang orang Patampanua menuju di UGI ( UGI, canru, Sempe, Wage) disitulah mengangkat senjata terhadap Wajo, dan dikalahkan,  sehingga beliau  menuju Cenrana bone dan wafat disana Matinroe Ri cenrana
18. La Tenrilai To Udamang Matinroe Ribatana  menjabat sekitar 3 tahun karena wafat dari 1636-1639 M. Beliau yang  pertama membangun Balairung yang besar, Benteng, Istana yang besar akan tetapi tiba tiba wafat  sebelum pekerjaaan selesai makanya digelari Matinro ri Batana

PEPERANGAN  WAJO BERSAMA GOWA MELAWAN   BONE
19. La Isigajang ToBune Arung Peneki Matinroe ri patila Cucu dari La Mungkace  Toaddamang   tewas dalam pertempuran melawan dengan raja bone Lamaddaremmeng Matinroe ribukaka,menjabat sekitar 4 tahun dari 1639 -1643 M.
20. La makkaraka Topatemmui matinroe  Ri Pangngaranna  menjabat selama 7 tahun lamanya karena  wafat dari tahun1643 -1648M.  Daerah jajahan wajo yang telah hilang kembali lagi,  beliau membantu Raja Gowa menyerang Bone,
21. La Temmasonge Puangna Daeli Petta Malingnge  menjabat selama 3 Tahun karena wafat dari  1648 – 1651M.Beliau wafat karena penyakit Gila
22. La Paremma Torewo Puangna Tosama Matinroe Ripassiringna  sekitar 7 tahun lamanya wafat saat jalan jalan di sekitar istana.dari 1651- 1658 M . saat itu tidak ada lagi peperangan dalam negeri, Wajo aman dan damai
23. La Tenri Lai Tosengngeng  Tewas 1670 pada pertempuaran Tosora melawana Bone dan Belanda  pada masa raja latenri tattta  Arung Palakka menjabat selama 12 dari tahun 1658-1670M Hampir Semua lontara mengatakan bahwa beliau menjadikan Tosora sebagai ibu kota Wajo di tahun 1660, Beliau bersama Sultan Hasnuddin melawan belanda  yang dinahkodai Laksamana Spelman dan Arung palakka latenri Tatta, sekitar  500 orang wajo tewas, pada tahun 1670 tosora dibakar oleh Bone sekitar  1300 tewas termasuk Arung Matowa sendiri, sehingga digelari matinroe ri Salekonna ( meninggal bastionnya)
24. La palili ToMalu Puangna Lagella Saudara Arung Bettempola Topalettei  Menjabat sekitar 9 tahun karena mengundurkan dir, dari 1670-1679 M. Pertempuran terus berkelanjutan  sampai masyarakat banyak hijrah ke mandar, Enrekang bahkan sampai Johor. Tanggal 23 Desember 1670 dimakassar  terjadi perjanjian dengan VOC , supaya Wajo senantiasa setia sama VOC, dalam pengangkatan dan pemberhentian Arung Matowa harus persetujuan VOC
25. La Pariusi  Dg Manyampa  Arung Mampu, Arung Amali Matinroe ri Bulu’na menjabat sekitar 20 tahun lamnya dan wafat di Mampu dari 1679-1699M. Arung yang berlagak seperti Raja Bone,  Bunyikan genrang telllu untuk Arung Matowa dan Arung Ennengnge, Bangsawan wajo naik ke istana untuk manari Pajaga,
26. La Tenrisessu Totimo’e Puangna To denra menjabat selama 3 tahun dari 1699- 1702M. putra Ranreng bettempola  To Palettei, Membeli senapan banyak dijawa, Orang Sholeh  sehingga tidak berminat dalam pemerintahan. Akhirnya Meletakkan jabatan dengan hormat
27. La Mattone To sakke Dg Paguling Puangna Larumpang (1702 -1703 M)  melanjutkan usaha  Totimo, hanya 15 bulan beliau wafat matinroe ri barukana
28. La galigo Tosunnia (1703 – 1712 M)  memperkuat persenjataan Wajo dan Wafat setelah 9 tahun  dan digelari Matinroe rimasiginna
29. La Tenri Werrung Puangna Sangaji Arung Peneki 1712 – 1715M Juga memperkuat persenjataan , sehingga saat itu raja bone  lapatau pengganti latenri tatta, marah besar, beliau mengundurkan diri, dan pergi tinggal di Bila Tancung
30. La Salewangeng Totenri ruwa Arung Kampiri   16 tahun lamanya dari 1715 – 1736M. Pada masanya Simpan pinjam dengan bagi hasil dengan jaminan digalakkan, bagi hasilnya digunakan untuk pembelian senjata, eranya Masjid Raya diperindah, dan berkirim  surat atas kesepakatan Arung Ennenge  meminta ke Lamddukelleng dikerajaan Pasir untuk kembali ke Wajo,
31. La Maddukelleng Arung Sengkang Arung Peneki merupakan Pahlawan Nasioanal dilantik di Paria tanggal 6 Nopember 1736  dan mengundurkan diri tahun 1754 dan kembali ke peneki menjadi Arung dan wafat di sengkang jumat 2 rajab 1180 H  1765 M  dikenal dengan sultan Pasir karena beliau merantau ke pasir Kalimantan dan memperistri putri sultan pasir (1736 – 1754 M)
Lamaddukeleng ingin mengajak bugis makassar untuk mengusir belanda sehingga Berperang  melawan dengan Bone yang bersekutu dengan belanda, begitu juga berperang Dengan Addatuang Sidenreng bernama Toappo, dan saat itu  PILLa Wajo La Gau membantu Addatuang karena Toappo merupakan Ipar La gau,  To appo menikah dengan I Tungke Arung Tempe Saudara Kandung la gau,  Wajo mulai Retak karena datu pammana  melawan arung Matowa, Peperangan bertahun tahun lamanya sehingga masyarakat wajo sudah jenuh dan tidak ingin membantu lamddukelleng , Sehingga Lamaddukelleng kecewa dan meletakkan jabatannya.

32. Lamaddanaca Arung Waetuwo selama satu lamanya dari tahun 1754 -1755,  Wafat dimakssar 8 september 1758 akibat diamuk oleh orang gila yang bernama  La Pa’bising  dari Wage, makanya disebut Petta Rijalloe.  Beliau memiliki nasab / garis  Keturunan Penulis dari Bapak saya   A. Mattalatta Bin A.Tambasa Daeng Pasore   Bin I Kala Indo Millo Bin Latekke Daeng Mallawa Arung Mabbicarae Penrang (ka dusun Cellue) bin La Sappaile Petta Pabate Penrang bin La Mappanganro Arung Penrang bin Latokko Petta Penrang Bin Lamaddanaca Arung Matowa Wajo ke 33 dengan istri  Petta Kambara
33.  La Pasaung  Puangna La Omo Arung Menge Ranreng Talotenreng Datu Lampulle dan bekas datu Soppeng , hanya dua tahun menjabat dari tahun 1758 -1761 M, karena berselisih paham dengan La gau Pilla  Wajo datu Pammana yang berkehendak  menjadikan pammana sebagai Kerajaan sendiri yang sederajat dengan wajo padahal  waktu itu Pammana adalah lili ( Negeri dibawah Wajo)
34. La Mappajung Puangna Salowong Ranreng Tuwa menjabat selama 7 tahun  dari 1764- 1767M, dan  di zamanya Lamaddukelleng dikepung oleh Bone dipeneki akhirnya Lamaddukelleng  pergi sengkang dan wafat disana 1765
35. La Malliungeng To walleoang Arung Alitta daerah Penrang dan  Arung Peneki, Menjabat selama 2 tahun lamanya dari 1767 -1770M setelah beliau  mengundurkan diri ,  jabatan  Arung Matowa terlowong bertahun tahun lamanya  dan dijabat sementara oleh Ranreng Bettempola Lasenggeng
36. La Mallelengeng Alias La Cella Puangna Toappamadeng , menjabat selama 12 tahun dari  1795 -1817M terakhir  meletakkan jabatannya, Beliau  ahli ibadah,  makanya  memerintahkan Arung lili membangun dan memperbaiki masjid, guru Syara harus Mengajarkan Quran di masjid, dan didukung oleh raja bone La Tenritappu Matinroe Ri rompegading  dan datu Soppeng La Mappa Poleonro Matinroe ri amala’na juga giat memajukan Ajaran Islam sehingga pengaruh Bissu berkurang.,
37. La Mameng Toappamadeng Puangna raden gallo menjabat sekitar 4 tahun dari1821 – 1825M, terakhir mengalami Lumpu dan matinroe ri empagana mpelaingnge teppena, beliau Memajukan pertanian,makanan melimpah padawaktu itu,  dan memerintahkan arung lili buat Sepe, namun Arung lili  Pammana, gilireng, Paria, rumpia, Menolak karena menganggap bukan kebiaaan lili,
38. La pa’denggeng puangna Palaguna menjabat selama 6 tahun dari 1839 – 184M, berselisih paham dengan Arung ennengnge sehingga pergi tinggal di kera pitumpanua, Matinroe ri kera
39. La Pawellangi Padjung Pero datu Riakkajeng  Menjabat selama 5 tahun dari  1854 – 1859M,  Terjadi Perang saudara di Addatuang sidenreng antara Lappanguriseng dengan saudara sebapak yakni Lapatongai  datu Lompulle, dan arung Matowa memihak ke Lapatongai  karena pertalian darah yakni ibu Lapatongai Putri latebba Ranreng Talotenreng
40. La  Cincing alias Akil Ali Kareang Mangeppe datu Pammana dan Datu Tellu Latte disidenreng wafat di kampung diceppa galung , menjabat selama  26 tahun dari 1859 -1885M,  kebanyakan tingglanya di pare pare. sehingga menyebabkan timbul pertentangan  Raja raja Wajo antara Ranreng Bettempola La gau dengan  sepupu sekalinya dengan La mangkona petta Pajung Pungae  terkait kewarisan jabatan Rangreng Bettempola,   begitu juga antara  La Mangkona dengan  La tonggo  Senggoe Arung Peneki  terkait Perbatasan Peneki dan Penrang, Merajalela perampokan,  sehingga Arung Ennenge  juga meninggalkan Tosora, kecuali La gau  yang wafat matinroe ri masigi’na
41. La koro Arung Padali  lasim juga disebut Batara wajo  menjabat sekitar 6 tahun dari 1885 – 1891M. dilantik 15 Mei 1885, wafat ditempe 26 Mei 1891 M,  orangnya Tegas dan Keras,   dibidang ketentaraan  mengangkat jenderal, Kolonel, dan Mayor dengan Pasukannya. Putra putra nya Lajalanti Jenderal ditempe, La Pabeangi Jenderal ditancung, Lapatikkeng Menjadi Kolonel,  Lapotji Jenderal Digilireng  ,  La cakunu Jenderal di Impak impa.

     Lakoro Arung Padaili merupakan Saudara Dari Kakeknya  La Malleleang datu Marioriawa, dimana Saudaranya lakoro arung Padaili ,  Latelleng Datu Marioriawa Melahirkan We Pada Datu Marioriawa melahirkan La Malleleng  ( Buyut Penulis)
42. La passamula Datu Lampulle  putra La patongai  Datu Lampulle, atas keinginan kuat  Rangreng Bettempola Lajamero. berbeda paham dengan paddanreng lainnya, , Beliau  pernah jadi ranreng  Talotenreng, Datu Mario riawa  tahun 1892 – 1897M,  lebih banyak tinggal di Batu batu ibu kota  Mario riawa Soppeng, Wafat di batu batu tanggal 17 Agustus 1897, setelah itu Arung Matowa lowong selama 3 tahun
43. Ishak Manggabarani Karaeng Mangeppe dilantik  11 Februari 1900,beliau saudara kandung Addatuang sidenreng Lapanguriseng anak dari Toapatunru Karaeng Beronging,  Tinggal Dipalaguna Pammana, Raja Bone La pawawoi  Karaeng segeri mengangkatnya sebagai Jenderal kehormatan angkatan perang Bone tahun 1900- 191M, dan sejak sakit sakit beliau tinggal diputranya di Pare Pare yang bernama Laparanrengi  Karaeng Tinggimae Datu Suppa. Pada tanggal 19 Desember 1916 beliau Wafat matinroe ri pare pare.
Sejak 1906  perbudakan diwajo dihapuskan oleh belanda, sejak itulah kekuasaan belanda  tertanam kuat , yang memegang peranan  adalah Tideman selaku Cipil Gezaghebber ( Petoro) sedang arung Matowa  hanya merupakan Boneka, Sejak itu ada surat kampung jika sudah dewasa, Pajak, Rodi ( Wajib Kerja ( Heerendienst)
 Tahun 1907 wajo  dibagi menjadi 3 distrik yang dikepalai ranreng, yakni Bettempola, Talotenreng, Tuwa, ditambah Distrik  Pitumpanua dengan tujuh daerah bawahan  yakni kera, Bulete, Batu, lauwa, Tanete, Pasoloreng, dan Awo. Pitumpanua sejak 1907 dimasukkan belanda dibawah wajo, yang sebelumnya masuk kekuasaan Bone.Pitumpanua dipimpin oleh Dulung Pitumpanua yang juga kerabat dari arung Matowa ishak Manggabarani
 Jabatan lowong sekitar 10 tahun  dan dijabat oleh Ranreng Bettempola  la akil  Ali ( Lakile),
44. Laoddang Datu Larompong keturunan langsung dari Lamaddukelleng  sebelumnya menjadi Arung Peneki dilantik pada usia 70 tahun  , tanggal 22 Desember 1926 pelantikannya merupakan langkah pertama modernisasi wajo,  Arung Lili diberi wewenang untuk aktif , ada perkantoran  wafat  disengkang 14 januari 1933 ( 1926 – 1933), Merupakan Besan dari Kakek Buyut penulis  yang bernama  Manyoro Paleppang dimana Anaknya Andi Muhammad Sulawatan Lowa menikah dengan Pung.Hadera Paleppang)
Pada Tahun 1931 Arung Ennengnge  terdiri  Atas 
·         Andi makkaraka Ranreng Bettempola sebagai kepala pekerjaan Umum Anak Dari Pasangan Datu Mallaleang Datu Marioriawa dengan We Tenri lawa Datu liu ( Saudara Ranreng Bettempola sebelumnya), andi makkaraka juga menjabat sebagai Datu Bakke,Datu Liu, belaiau adalah Saudara dengan Kakek Buyut Saya Andi pance Petta Lolo pance Matoa  Bakke bin Datu Mallaleang dengan uraian sebagai berikut  Penulis Anak dari Andi Nanna, binti Malllawi bin Petta Pance,  petta pance Saudara Andi Makkaraka
·         Andi makkulawu  Ranreng Talotenrengj juga bertindak sebagai Kepala Kehakiman
·         Andi Ninnong Ranreng Tuwa juga bertindak sebagai Kepala Keuangan
·         Andi Tenri Ampa Pilla Wajo  datu Pammana belum diaktifkan jabatannya karena masih dibangku sekolah
·         Andi Pallawarukka Selaku Cakkuridi wajo  dan Arung Gilireng , sama halnya dengan saudaranya, belum diaktifkan
45. Andi Mangkona Datu Mario Riwawo dilantik tanggl 23 april 1933 dan berhenti dari jabatannya, beliau menjabat  selama 16 tahun lamanya,  dilantik tanggal   21 nopember 1949 , 9 tahun lamanya memimpin lalu dikuasai oleh Jepang selama 4 tahun yang dipimpin oleh ICHIMOTO dengan pangkat BUNKENKANRIKAN sampai agustus 1945, Kemudian datang sekutu dan belanda , dengan semangat juang para  raja dan masyarakat wajo, mereka menentang dengan lisan dan perbuatan dengan mengibarkan bendera Merah Putih diantaranya: Andi Ninnong, Andi makkulawu masuk hutan dan ditangkap, Andi Malingkaan  kepala Wanua Tempe suami Andi ninnong  tewas  dibunuh oleh pasukan westerling  belanda, Andi magga amilrullah Kepala wanua Ugi masuk kehutan dan hijrah ke jawa untuk melanjutkan perjuangan, dan Andi makkaraka Juga secara pasif menentang dan terakhir meletakkan jabatannya
Pada masa ini,  ada  gerakan mistik yang dipimpin oleh La Ma’dusila dikampung Duri Durie Wanua Lowa  ingin merobohkan kekuasaan Wajo dan dihukum oleh Hadat Besar ( Pengadila Swapraja)

                 D.   BUPATI WAJO
1.          Andi Magga Amirullah Sebagai Pamongpraja atas pengangkatan dari menteri dalam negeri kabinet Putuhena dalam Era KNI Komite Nasional Indonesia, Wajo   keluar dari NIT ( Negara Indonesia Timur) bersama Raja Gowa Andi Idjo dan bergabung dengan Republik Indonesia,  dan saat itu pemerintahan Wajo  bagian dari bone yang bersifat Administratif yang dikepalai oleh  Andi Pangeran petta Rani  tahun 1950

Wajo Bagian Otonomi Bone : pada tahun 1952 pada masa pemerintahan sulawesi selatan R Sudiro Daerah Sulawesi Selatan dibubarkan dan dibentuk tujuh Buah Daerah Otonom  salah satunya bone, dimana Wajo bergabung dibone
Daerah Otonom Bone terdiri atas 3 badan pemerintahan yakni DPR, Kepala Daerah dan DPD. Anggota DPR terdiri atas 35 Anggota yakni 15 Swapraja Bone, 12 dari Wajo, dan 8 dari Swapraja Soppeng.
Sedangkang DPD terdiri 5 orang salah satu Anggotanya adalah Kepala Daerah
2.          Andi Tanjong Tahun 1957 , Saat  itu Wajo Menjadi Daerah Otonomi Tingkat II dengan Badan Pemerintahan DPR terdiri 20 Anggota dikepalai Sech Abdul Kadir, Kepala Daerah yakni Andi tanjong, DPD terdiri atas Andi Muh Kasim ( Wakil Ketua), H .Muh Amin, Usman latif, Andi Koro, serta Andi Dachlan
3.          Tahun 1960  susunan Pemerintah diubah oleh Pusat menjadi Badan Pemerintah Harian yang terdiri 5 Anggota yakni Andi Magga Amirullah Sebagai Bupati kepala Derah XX, Andi Bangsawan BA, Ny Andi Muddaria, Andi Koro dan Ltd La Tang
DPR lama dibubarkan menjadi DPR Gotong royong ,diketuai oleh Kepala Daerah  dengan 30 Anggotanya yaitu  : 1.Andi Muri sebagai Wakil,2.H.M Amin, 3. Andi Parenrengi, 4. Baso Tawakkal, 5. H.A.Koheng, 6. Abdul kadir, 7. La meru , 8. Salim , 9. Abbas Muchlis, 10. Abdul Kadir, 11. Andi Abdul kadir, 12.  A.Adam Nyompa,  13.  A.Meru, 14. A.Aminuddin, 15. A.Amirullah, 16. Ltd A.muh.Nur, 17. A.Wittiri, 18. M Yusuf Pancoro, 19. H.A.pajung, 20. Hamzah badawi, 21. Abd Rasyid Amin, 22..Hamid Caco, 23.Syamsul Alam, 24. Sina , 25. A.Rahman 26. Umar Said, 27 A.Rumpang , 28 Wangung 29 Muh Subair 30 Andi Ebe

Wanua terdiri 20 yakni 1.Sengkang, 2. Tempe, 3. Tancung, 4. Lowa, 5. Anabbanua, 6. Belawa Alau, 7. Belawa Orai, 8. Paria, 9. Tosora, 10. Gilireng, 11. Rumpia, 12. Akkotengang, 13. Pitumpanua 14. Penrang 15. Peneki, 16 .Bola 17. Pammana 18. Wage, 19. Ugi  20 Liu.

Tahun1961 terjadi pembentukan kecamatan  terdiri 10 Kecamantan
1)    Sabbangparu dipimpin H.Andi dachlan
2)    Pammana ibukota Maroangin  dipimpin oleh Andi Aminuddin (Tempat Dibesarkandan  sekolah dari TK sampai SMP Penulis)
3)    Tempe Ibul kota Sengakang dengan Camat Ny Andi Andi paranrengi Bekas kepala wanua tempe
4)    TanaSitolo ibukota Tancung dengan Camat Andi Achmad
5)    Maniangpajo ibu kota Bola Malimpong  Andi Basir Bekas kepala Wanua Anabanua
6)    Belawa Ibukota Menge Camat Andi Sulolipu
7)    Majauleng  ibukota  Paria dengan Camat Andi Walinono , bekas kepala wanua Rumpia
8)    Takkalalla Ibukota Watan Peneki , Camat Andi Ebe  Bekas Kepala Wanua Liu
9)    Sadjoangin  Ibukotanya Jalang Camat Ltd La Tuge
10) Pitumpanua ibukota Siwa , Camat ltd Nurdin
Semua kepala wanua yang tidak diangkat menjadi camat diangkat menjadi pegawai negeri, pegawai Daerah, Atau Hak pensiun yang sudah Lanjut Usia
Penduduk wajo saat itu kira 350,000 orang dengan Luas wilayah 2515 km2 berbatasan :
diutara dengan Luwu dan Sidenrng Rappang, Barat Sidrap dan Soppeng, Timur Teluk Bone, Selatan Daerah tingkat II Bone


Sumber: SEDJARAH WADJO oleh Abd Razzak Dg Patunru Nopember 1963