Senin, 07 September 2020

ANDI MALLAWI seorang Hakim Sederhana


Saya Mengenal kakek Saya Andi mallawi sering di sapa pung lawi dari cerita atau kisah yang di sampaikan oleh sang istrinya Pung Mintang, atau dari bapak saya, dari paman dan Tante,   terutama  paman saya andi Munawwar  yang tinggal di Bone, Karena saat ini hanya tinggal beliaulah satu satunya anak beliau yang masih hidup.  Pung lawi lahir di Liu Kecamatan Sabbangparu kabupaten wajo pada tahun 1921 dan wafat pada maret 1980 di usia 57 tahun setahun sebelum pensiun  sebagai seorang hakim pengadilan negeri sengkang, atau sekitar 4 bulan setelah beliau menyeleseikan kewajiban seorang ayah terhadap anak yakni menikahkan  untuk anak paling bungsunya pada tanggal 4 nopember 1979.
    Beliau Anak dari Pasangan  Andi Pance Mallaleang dan Andi Hajju Sagala namun sejak menginjak masa sekolah beliau sudah hijrah kekota sengkang sekitar belasan kilometer dari liu, dan tinggal bersama pamannya Datu Makkaraka Mallaleang  yang saat itu menjabat sebagai Ranreng Bettempola ke 27, Beliau mempunyai 4 saudara kandung  yakni Andi Hakim, Andi Rabbana, Andi Amira, Andi Haruna dan saudara sebapak  sebanyak tujuh yakni :Andi Ma'rifah, Andi Mappenedding, H.A.Aras, Hj,Andi Hadera, Hj Andi Tuwo, Hj,Andi Tekke, dan Andi Kampe, 

Nasab Beliau dari Ayah : A.Mallawi Bin La Pantje Sulewatang Bakke Bin LaMalleleang Datu Marioriawa Attang Salo Bin La Mappatola Datu Bakke Bin La Rumpang Megga Datu lamuru, Datu Marioriwawo, Datu Tanete Bin La Mappeware Datu Lamuru Bin Lasunra Datu Lamuru Bin I Pawilo Datu Boli Bin La Masselomo Bin Mappareppa Sappewali Mangkau Bone 17 bin Lapatau Mangkau Bone  dan Datu Soppeng dengan istri I Mariayamang karaeng Pattukangan.

Nasab Dari ibu yakni A.Mallawi bin Andi Hajju Binti La Sagala Bin Mappangewa Petta Manyoroe Ri Liu bin La Samallangi Datu Cilellang Bin ISao Arung Liu Binti La Sappene  Petta Labattowa Arung Liu Cakkuridie Wajo.

    Beliau meninggal  dengan satu orang istri yakni Pung Hj Mintang Paleppang dan 4 orang anak yakni Alm Hj Andi Sederhana, Alm H,Andi Muhtar, Alm A,Nanna ( Ibu Penulis), dan A.Munawar dengan cucu yang ditinggalkan  pada saat itu yakni A.saharuddin, A,zulbiah, Andi safril, A,Nazaruddin, A,Nenni, Andi Warda dan A.ST khadijah, Andi Uli,A.Ivan, A.Eliya dan A.Rosmiyanti , sementara saya dengan cucu lainnya lahir setelah pung mallawi meninggal dunia, cucunya yang lahir setelah beliau meninggal yakni A,Cuncun, A,Uppi, A.Iyan, A.Eril, A,lolo serta A.Opan
foto Hj.A.sederhana Mallawi Bersama Putra Putri
Berdiri dari Kiri Kekanan: H.A.saharuddin,A.Safril,A,Nazaruddin
duduk dari Kiri Kekanan: A,warda, A,Nenni, Hj.A.Sederhana( Ibu),A.zulbiah, A,Ija
    Pung Mallawi adalah  seorang pegawai negeri sipil dengan pendidikan terkahir sekolah Menengah Pertama, dan profesi terakhirnya  sebagai seorang Hakim pengadilan negeri sengkang kabupaten Wajo, walaupun beliau tidak pernah menjalani pendidikan formal sebagai seorang sarjana hukum seperti teman hakimnya yang lain misal Andi Haedar SH dan Andi Norma SH, 
     Beberapa tahun setelah tamat  SMP pamannya menikahkan dengan seorang Gadis anak seorang Manyoro Paleppang, setelah berkeluarga beliau meninggalkan Soraja Mallangga , tinggal bersama dengan Kakak Iparnya di Lajokka, kebetulan beliau masselaleng dengan Andi Muhammad bin Laoddang Pero Arung Matoa Wajo yang menjabat saat itu sebagai Sulewatang Lowa,  A.Muhammad menikah dengan Kakak kandung Istrinya, Pung Mallawi menjadi Juru Tulis Sulewatang Lowa ( kalau sekarang mungkin Sekretaris kecamatan), Juru Tulis ini menjadi profesi pertama pung mallawi setelah menikah, beberapa tahun kemudian beliau bersama istrinya mempunyai rumah tinggal di kota sengkang tidak jauh dari Soraja Mallangga dibelakang Toko Belopa. saat itu beliau bekerja di kantor pengadilan negeri sengkang, dengan berjalannya waktu dan ketika ada rekruitmen hakim, beliau mendaftar dan terpilih menjadi seorang Hakim,setelah ibu kota sengkang terbakar pada tahun 1971, maka beliau diarahkan sama bupati Wajo bapak Andi Unru untuk membangun rumah kembali dijalan andalas dekat PLTD sengkang, yang saat ini lokasi tersebut sudah menjadi Masjid, adapun teman profesi beliau disaat akhir  hidup beliau yakni :Kepala Kejaksaan  Jaksa Cindi, dengan anggotanya terdiri atas A.Zainal, A,Kessi, A.Mosu, Jafa, Malik Cindi, Andi Paberangi sedangkan di pengadilan negeri makassar dipimpin oleh  Kepala pengadilan yang saat itu di jabat oleh orang jawa bernama  Bapak Dihar yang menggantikan Andi tahir  ,dengan anggotanya  Pak Banna sebagai Wakil kepala, Andi Sinrang, Andi Haedar SH yang pernah menjadi Kepala Pengadilan Negeri Makassar serta Andi Norma SH pernah menjadi kepala pengadilan negeri Gowa. adapun Panitera saat itu yakni Tommeng, Said, A.Iskandar, A.Jamaro, Jufri,

kesederhanaan hidupnya 

    ada cerita menarik dari anak bungsunya ke penulis, ketika paman saya saat itu berusia kelas 5 SD, paman saya di masukkan di sakunya uang 10 ribu sama seorang Haji yang mempunyai perkara di pengadilan, waktu itu nilai 10 ribu sangat banyak sekali,  setelah masalah itu ditahu pung Mallawi, maka ke esokan  harinya uang tersebut dikembalikan dan haji tersebut di marah dan disampaikan bahwa de upoji ( saya tidak suka cara anda),  begitu juga penuturan nenek saya pung mintang, ada orang berperkara membawakan ikan kerumah, dan setelah ditahu sama pung mallawi, maka dimintanya istrinya untuk menyusul orang tersebut dan mengembalikan ikan tersebut, begitula kesederhanaan beliau, sampai sampai besannya dalam hal ini kakek saya dari bapak pung tambasa pernah mengutarakan kesaya bahwa kakekmu itu seorang hakim jujur dan sederhana,  pernah kakek diajak sama rumpunnya untuk berperkara di lare'e, namun pung mallawi nasehati untuk  tidak lanjut, karena mereka itu menganggap kita besanan,akhirnya pung tambasa tidak melanjutkan perkara itu,  maka wajarlah disaat beliau dimakamkan di bulu Labellang terlontar perkataan dari teman profesinya bahwa telah meninggal dunia seorang Hakim yang sedehana dan jujur,
    Pung Mallawi pembawaannya pendiam, dengan perilakunya  maka beliau banyak disegani dikalangan keluarga, kerabat, dan teman kerjanya, kalau beliau tidak setuju dengan sesuatu  maka beliau cukup meninggalkan tempat dan tidak mengeluarkan sekata apapun, sehingga yang banyak komunikasi dengan keluarga adalah istrinya.pernah satu waktu beliau di bonceng motor, sesampainya dirumahnya sudah mengalir banyak darah keluar dari tumitnya, dan beliau hanya diam saja atas kejadian yang menimpanya, yang sering bonceng beliau ke kantor yakni bapak saya, kemanakannya Andi sabir  dan Tommeng ( Panitera Pengadilan saat itu),
    Yang Hampir mengikuti jejak beliau bekerja di pengadilan atau menjadi jaksa adalah anaknya yang kedua, Andi muhtar, namun ditengah jalan, tidak melanjutkan sekolah kejaksaan. dan sampai sekarang belum ada anak dan cucunya yang melanjutkan profesinya sebagai hakim.

H.A.Mukhtar Mallawi



                                                                                                                      


                                                                     
Alm ( Ibu penulis)







penulis  la Makkaraka ( Generasi kedua)