Riak
ombak Selat Makassar seolah turut menyambut perhelatan tahunan Ikatan
Keluarga Datu Malleleang (IKARDA). Bertajuk "Wisata Keluarga Datu
Malleleang ke-3," acara ini menjadi panggung kembalinya harmoni dan
silaturahmi, bertempat di lokasi yang memancarkan ketenangan: Villa milik Bapak Haji Andi Yusri Tanra di Suppa, Pinrang, pada tanggal
bersejarah 8 hingga 9 Oktober 2025..
Babak
I: Kedatangan dan Kehangatan Sore (8 Oktober 2025)
Sejak mentari mulai condong ke barat, aura kegembiraan sudah terasa. Meskipun registrasi resmi dijadwalkan sehabis Sholat Ashar, semangat kekeluargaan tak terbendung. Kelompok awal yang paling antusias adalah keluarga dari Soppeng, yang sudah mulai berdatangan sejak seusai Sholat Dzuhur. Mereka langsung bergerak cepat, menciptakan "kampung" sementara dengan gaya khas: beberapa anggota sibuk memasang tenda-tenda di area terbuka yang teduh, sementara yang lain memilih kenyamanan gazebo untuk berkumpul dan bercerita. Total peserta yang terdaftar mencapai angka fantastis: 196 orang, sebuah rekor tertinggi selama Wisata Keluarga Datu Malleleang, yang menunjukkan semakin eratnya ikatan.
Tak lama berselang, rombongan dari Wajo
tiba dengan riang, disusul oleh keluarga besar dari Makassar. Panitia mengalokasikan kamar-kamar villa bagi mereka yang tidak membawa tenda atau gazebo, memastikan setiap peserta—dari anak-anak hingga tetua—merasa
nyaman dan terlayani. Mereka yang memilih kamar villa pun segera membaur,
berbagi tawa dan kisah lama yang terpendam. Senja di Suppa Pinrang menjadi
saksi bisu kehangatan yang merambat dari satu keluarga ke keluarga lainnya..
Babak
II: Malam Penuh Kegembiraan dan Makna (8 Oktober 2025)
Setelah
menunaikan kewajiban Sholat Ashar , energi langsung dialihkan
ke ajang kompetisi kuliner yang paling dinanti: Lomba Kaddo Miinya. Para
peserta dari berbagai daerah berlomba menyajikan Kaddo Miinya (makanan
khas bugis) terbaik mereka, memadukan resep turun-temurun dengan inovasi rasa.
Bau harum rempah dan bumbu memenuhi udara, menambah selera makan malam.
Puncak
kebersamaan tiba dalam balutan Gala Dinner diiringi. Selesai makan malam, acara berlanjut ke sesi
formal-informal. Dibuka dengan sambutan-sambutan penuh makna dari Ketua
Umum dan ketua Dewan Penasihat, mereka menyampaikan pesan persatuan, dan pentingnya menjaga silaturahmi.
Kemudian, enam peserta menunjukkan talenta
emosional mereka dalam Lomba Puisi,diantaranya Andi Lina Tadampali, Andi Warda, Andi Nurfadhila, Andi Surya, Andi Collie, dan Andi Mutmainnah, membacakan karya yang menyentuh hati
tentang keluarga, kampung halaman, dan penghormatan kepada leluhur.
Kompetisi
semakin memanas dalam Lomba Mars Datu Malleleang. Tiga wilayah—Wajo,
Soppeng, dan Makassar—beradu kekompakan, harmoni, dan semangat dalam
menyanyikan lagu kebanggaan IKARDA. Masing-masing kontingen tampil totalitas,
membangkitkan rasa bangga dan persatuan.
Menjelang
tengah malam, acara inti selesai. Namun, kehangatan belum usai. Beberapa
keluarga memilih untuk begadang, bercengkerama di tepi pantai Suppa, menikmati
angin malam. Sementara yang lain beristirahat. Beragam pilihan akomodasi
menunjukkan fleksibilitas: ada yang tetap di villa, beberapa memilih menginap
di hotel terdekat, atau menumpang di rumah keluarga yang berlokasi
tak jauh dari acara. Sebagian kecil peserta terpaksa kembali ke daerah asal
mereka karena harus memenuhi jadwal kegiatan esok hari.
Babak
III: Pagi Persatuan dan Penutup Sejarah (9 Oktober 2025)
Fajar
menyingsing membawa suasana sejuk. Hari kedua dimulai dengan ketenangan jiwa
melalui Ceramah Agama singkat yang membekali peserta dengan nasihat keagamaan
dan motivasi hidup. Setelah rohani diisi, fisik pun digerakkan. Seluruh peserta
berkumpul untuk sesi Senam IKARDA yang ceria dan energik. Tawa pecah
saat kompetisi berlanjut ke Lomba Yel-Yel, di mana setiap kelompok
menunjukkan kreativitas dan kekompakan dalam meneriakkan semangat persatuan.Hadiah dan door price mulai di distribusikan sampai habis.
Usai
mengisi energi pagi dengan sarapan bersama, seluruh rombongan bergerak
menuju lokasi penutupan yang telah ditentukan. Bukan sembarang tempat, namun di
lokasi yang penuh simbolisme cinta abadi: Tugu Ainun Habibie—sebuah landmark
yang mempertegas pentingnya kesetiaan dan komitmen.
Di
lokasi inilah piala paling bergengsi—Piala Bergilir IKARDA—diserahkan.
Setelah melalui penilaian ketat dari semua mata lomba, dengan sorak sorai
gembira, keluarga Ikarda Wajo diumumkan sebagai Juara Umum tahun ini dan berhak
membawa pulang piala tersebut, menjadikannya tuan rumah piala hingga pertemuan
berikutnya.
Momentum
ini sekaligus menandai ditutupnya Wisata Keluarga ke-3. Seluruh perhelatan
akbar ini terlaksana berkat swadaya keluarga. Biaya yang digunakan dalam
kegiatan ini sepenuhnya menghabiskan kas IKARDA, yang merupakan sisa saldo
dari kegiatan Silaturahmi Akbar di Batu-Batu, Soppeng, dua tahun lalu. dan tentu ada bantuan materil dari keluarga baik pribadi maupun rumpun, Ini
adalah bukti nyata bahwa kekeluargaan Datu Malleleang tidak hanya terjalin
erat, tetapi juga mandiri dan solid dalam melestarikan budaya dan persatuan
antar keturunannya. Wisata Keluarga Datu Malleleang ke-3 pun usai, menyisakan
kenangan manis, ikatan yang semakin kuat, dan semangat untuk bertemu kembali tahun mendatang.
Makkaraka/ Panitia
